Rabu, 19 Oktober 2016
KEGIATAN OLAHRAGA DAN KESINAMBUNGAN ENERGI
KEGIATAN OLAHRAGA DAN KESINAMBUNGAN ENERGI
PENDAHULUAN
Manusia dalam melakukan kegiatan/aktivitas setiap hari membutuhkan energi, baik untuk bergerak maupun untuk bekerja. Kemampuan tubuh manusia untuk melangsungkan kegiatannya dipengaruhi oleh struktur fisiknya. Tubuh manusia terdiri dari struktur tulang, otot, syaraf, dan proses metabolisme.
Rangkah tubuh manusia disusun dari 206 tulang yang berfungsi untuk melindungi dan melaksanakan kegiatan fisiknya, dimana tulang-tulang tersebut dihubungkan dengan sendi-sendi otot yang dapat berkontraksi. Otot-otot ini berfungsi mengubah energi kimia menjadi energi mekanik, dimana kegiatannya dikontrol oleh sistem syaraf sehingga dapat bekerja secara optimal. Hasil dari proses metabolisme yang terjadi di otot, berupa kumpulan proses kimia yang mengubah bahan makanan menjadi dua bentuk, yaitu energi mekanik dan energi panas..
Begitu juga dengan udara yang dihirup melalui hidung akan masuk ke paru-paru/sistem pernafasan, dimana zat oksigen yang turut masuk ke paru-paru selanjutnya oleh paru-paru dikirim ke sistem peredaran darah. Selain itu paru-paru berfungsi juga untuk mengambil karbon dioksida dari sistem peredaran darah untuk dikeluarkan dari dalam tubuh. Selanjutnya oksigen yang telah berada di sistem peredaran darah dikirimkan ke sistem otot, yang akan bertemu dengan zat gizi untuk beroksidasi menghasilkan energi.. Beberapa reaksi kimia yang memerlukan energi ATP hanya menggunakan beberapa ratus kalori dari 8 kkal yang tersedia, sehingga sisa energi ini hilang dalam bentuk panas. Beberapa fungsi utama ATP sebagai sumber energi adalah untuk mensintesis komponen sel yang penting, kontraksi otot, dan transport aktif untuk melintasi membran sel.
A . LATAR BELAKANG MASALAH
Di dalam berbagai jenis olahraga baik olahraga dengan gerakan-gerakan yang bersifat konstan seperti jogging, marathon dan bersepeda atau juga pada olahraga yang melibatkan gerakan gerakan yang explosif seperti menendang bola atau gerakan smash dalam olahraga tenis atau bulutangkis, jaringan otot hanya akan memperoleh energi dari pemecahan molekul adenosine triphospate atau yang biasa disingkat sebagai ATP. Melalui simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh yaitu simpanan phosphocreatine (PCr), karbohidrat, lemak dan protein, molekul ATP ini akan dihasilkan melalui metabolisme energi yang akan melibatkan beberapa reaksi kimia yang kompleks. Pengunaan simpanan-simpanan energi tersebut beserta jalur metabolisme energi yang akan digunakan untuk menghasilkan molekul ATP ini juga akan bergantung terhadap jenis aktivitas serta intensitas yang dilakukan saat berolahraga. Selama kebutuhan oksigen terpenuhi proses metabolisme, oksigen sisa yang ada di dalam darah digunakan untuk menguraikan asam laktat menjadi glikogen untuk digunakan kembali menghasilkan energi kembali Kemudian bila dilihat dari proses tempat terjadinya pembentukan energi pada tubuh manusia, maka perlu dijelaskan mekanisme pada tingkat sel. Energi dari karbohidrat, lemak, dan protein semuanya digunakan untuk membentuk sejumlah besar Adenosine TriPosphate (ATP), dan selanjutnya ATP tersebut digunakan sebagai sumber energi bagi banyak fungsi sel. Bila ATP di urai secara kimia sehingga menjadi Adenosine DiPosphate (ADP) akan menghasilkan energi sebesar 8 kkal/mol, dan cukup untuk berlangsungnya hampir semau langkah reaksi kimia dalam tubuh
B, PERMASALAHAN
Olahraga dan Energi untuk sistesis protein dan unsur-unsur pertumbuhan lain. Bila protein disintesis menyebabkan banyak ATP digunakan untuk membentuk ikatan peptida dan ia menyimpan energi dalam rantai ini, terdapat pertukaran protein secara terus-menerus, sebagian didegradasi dan sementara protein lainnya dibentuk. Energi yang disimpan dalam ikatan peptida dikeluarkan dalam bentuk panas ke dalam tubuh. Energi untuk aktivitas otot. Sebagian besar energi ini dengan mudah melawan viskositas otot itu sendiri atau jaringan sekelilingnya sehingga anggota badan dapat bergerak.
C,PEMBAHASAN
Aktivitas yang bersifat anaerobik.Kegiatan/jenis olahraga yang bersifat ketahanan seperti jogging, marathon, triathlon dan juga bersepeda jarak jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen aktivitas aerobik yang dominant sedangkan kegiatan olahraga yang membutuhkan tenaga besar dalam waktu singkat seperti angkat berat, push-up, sprint atau juga loncat jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen komponen aktivitas a n a e r o b i k y a ng dominan .Namun dalam beragamnya berbagai cabang olahraga akan t e r d a p a t j e n i s olahraga atau juga a k t i v i ta s l a t ihan dengan satu komponen aktivitas yang lebih dominant atau juga akan terdapat cabang olahraga yang menggunakan kombinasi antara aktivitas yang bersifat aerobik & anaerobic
Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi sehingga juga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas ini biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas rendah-sedang yang dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang cukup lama sepeti jalan kaki, bersepeda atau juga jogging.
. Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan, metabolisme energi akan berjalan melalui pembakaran simpanan karbohdrat, lemak dan sebagian kecil (±5%) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk menghasilkan ATP (adenosine triphospate). Proses metabolisme ketiga sumber energi ini akan berjalan dengan kehadiran oksigen (O ) yang 2 diperoleh melalui proses pernafasan. Sedangkan pada aktivitas yang bersifat anaerobik, energi yang akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan energi secara cepat ini akan diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine (PCr) serta melalui glikolisis glukosa secara anaerobik. Proses metabolisme energi secara anaerobik ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen
Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menghasilkan ATP dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik. Sehingga untuk gerakan-gerakan dalam olahraga yang membutuhkan tenaga yang besar dalam waktu yang singkat, proses metabolisme energi secara
anaerobik dapat menyediakan ATP dengan cepat namun hanya untuk waktu yang terbatas yaitu hanya sekitar ±90 detik. Walaupun prosesnya dapat berjalan secara cepat, namun metabolisme energi secara anaerobik ini hanya menghasilkan molekul ATP yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik (2 ATP vs 36 ATP per 1 molekul glukosa).
Proses Metabolisme Secara Anaerobik
SistemS PCr
Creatine (Cr) merupakan jenis asam amino yang tersimpam di dalam otot sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk creatine yang sudah ter-fosforilasi yaitu phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme energi secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan ATP.
Karena fungsinya sebagai salah satu sumber energi tubuh dalam aktivitas anaerobik, supplementasi creatine mulai menjadi popular pada awal tahun 1990-an setelah berakhirnya Olimpiade Barcelona. digunakan untuk
meningkatkan kapasitas aktivitas anaerobik.
Glikolisis (Sistem Glikolitik)
Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi yang dapat berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi ini menggunakan simpanan glukosa yang sebagian besar akan diperoleh dari glikogen otot atau juga dari glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untukmenghasilkan ATP. Inti dari proses glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma sel ini adalah mengubah molekul glukosa menjadi asam piruvat dimana proses ini juga akan disertai dengan membentukan ATP.
Metabolisme Energi Secara Aerobik
Pada jenis-jenis olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) seperti lari marathon, bersepeda jarak jauh (road cycling) atau juga lari 10 km, produksi energi di dalam tubuh akan bergantung terhadap sistem metabolisme energi secara aerobic melalui pembakaran karbohidrat, lemak dan juga sedikit dari
pemecahan protein. Oleh karena itu maka atlet-atlet yang berpartisipasi dalam ajang-ajang yang bersifat ketahanan ini harus mempunyai kemampuan yang baik dalam memasok oksigen ke dalam tubuh agar proses metabolisme energi secara aerobik dapat berjalan dengan sempurna. Proses metabolisme energi secara aerobik merupakan proses metabolisme yang membutuhkan kehadiran oksigen (O ) 2 agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna untuk menghasilkan ATP. Pada saat berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa darah, glikogen otot dan hati) serta simpanan lemak dalam bentuk trigeliserida akan memberikan kontribusi terhadap laju produksi energi secara aerobik di dalam tubuh. Namun bergantung terhadap intensitas olahraga yang dilakukan, kedua simpanan energi ini dapat memberikan jumlah kontribusi yang berbeda.
Pembakaran Karbohidrat
Secara singkat proses metabolime energi dari glukosa darah atau juga glikogen otot akan berawal dari karbohidrat yang dikonsumsi. Semua jenis karbohidrat yang dkonsumsi oleh manusia baik itu jenis karbohidrat kompleks (nasi, kentang, roti, singkong dsb) ataupun juga karbohidrat sederhana (glukosa, sukrosa, fruktosa) akan terkonversi menjadi glukosa di dalam tubuh. Glukosa yang terbentuk ini kemudian dapat tersimpan sebagai cadangan energi sebagai glikogen di dalam hati dan otot serta dapat tersimpan di dalam aliran darah sebagai glukosa darah atau dapat juga dibawa ke dalam sel-sel tubuh yang membutuhkan.
Pembakaran Lemak
Langkah awal dari metabolisme energi lemak adalah melalui proses pemecahan simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh yaitu trigeliserida. Trigeliserida di dalam tubuh ini akan tersimpan di dalam jaringan adipose (adipose tissue) serta di dalam sel-sel otot (intramuscular triglycerides). Melalui proses yang dinamakan lipolisis, trigeliserida yang tersimpan ini akan dikonversi menjadi asam lemak (fatty acid) dan gliserol. Pada proses ini, untuk setiap 1 molekul trigeliserida akan terbentuk 3 molekul asam lemak dan 1 molekul gliserol . Kedua molekul yang dihasilkan melalu proses ini kemudian akan mengalami jalur metabolisme yang berbeda di dalam tubuh.
Metabolisme Energi untuk Olahraga Kombinasi Aerobik & Anaerobik
Beberapa jenis olahraga beregu atau individual seperti sepakbola, bola basket atau juga tennis merupakan olahraga yang mengunakan kombinasi antara aktivitas intensitas tinggi dan aktivitas intensitas rendah. Pada jenis olahraga ini, proses metabolisme energi di dalam tubuh dapat berjalan secara simultan melalui metabolisme energi secara aerobik dan anaerobik. Pada aktivitas dengan intensitas tinggi yang membutuhkan power secara cepat seperti saat berlari untuk mengejar bola atau saat memukul bola dengan keras, metabolisme energi tubuh akan berjalan secara anaerobik melalui sumber energi yang diperoleh dari simpanan ATP, simpanan phosphocreatine (PCr) dan simpanan karbohidrat .Sedangkan saat melakukan aktivitas dengan intensitas rendah seperti saat berlari secara perlahan, metabolisme energi tubuh akan berjalan secara aerobik dengan sumber energi diperoleh dari simpanan karbohidrat (glikogen otot & glukosa darah), lemak dan juga protein. membutuhkan power secara cepat seperti saat berlari untuk mengejar bola atau saat memukul bola dengan keras, metabolisme energi tubuh akan berjalan secara anaerobik melalui sumber energi yang diperoleh dari simpanan ATP, simpanan phosphocreatine (PCr) dan simpanan karbohidrat .
Ringkasan Singkat Metabolisme Energi & Simpanan Energi Tubuh
Secara ringkas, sistem metabolisme energi untuk menghasilkan ATP dapat berjalan secara aerobi (dengan oksigen) dan secara anaerobik (tanpa oksigen). Kedua proses ini dapat berjalan secara simultan di dalam tubuh saat berolahraga. Pada aktivitas-aktivitas olahraga yang membutuhkan energi besar dalam waktu yang cepat atau pada olahraga dengan intenistas tinggi.. Diantara semua bentuk simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh, simpanan karbohidrat dan lemak merupakan sumber nutrisi utama yang akan digunakan untuk menyediakan energi bagi kontraksi otot. Keduanya akan menjadi sumber energi utama bagi tubuh saat berolahraga yang persentase kontribusinya terhadap produksi energi akan ditentukan oleh intensitas olahraga serta lamanya waktu berolahraga. Bentuk simpanan energi di dalam tubuh yang merupakan penentu performa pada saat berolahraga yaitu simpanan karbohidrat dapat diproses melalui 2 jalur metabolisme baik yaitu melalui pembakaran glukosa/glikogen (secara aerobik) maupun melalui glikolisis glukosa/glikogen (secara anaerobik) untuk menghasilkan ATP. Sedangkan simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh hanya dapat diproses secara aerobik untuk menghasilkan ATP, dimana proses ini juga akan membutuhkan ketersediaan karbohidrat agar proses pembakarannya menjadi sempurna.
REFRENSI/ LITERATUR
Hairy.junusual.Daya Tahan Aerobik.jakarta:Dirjen Olahraga Depdiknas
. Clark, J.F., Creatine & phospocreatine : a review of their use in exercise & sport. Journal of Athletic Training. Volume 32
No.1,1997
Schumm D.E,“Intisari Biokimia”, Binarupa Aksara, Jakarta, 1993
ENERGI
1. SUMBER ENERGI
Energi sangat dibutuhkan para atlet untuk bisa
melakukan kegiatan. Energi merupakan syarat prekuisit yang harus terpenuhi
untuk bisa menjalani proses kegiatan fisik selama latihan maupun kompetisi.
Energi tersebut bisa didapatkan dengan adanya proses konversi dari makanan yang
kita konsumsi menjadi sebuah bahan energi yang disebut adenosine triphospate (ATP) dimana ATP tersebut tersimpan dalam sel
otot. Energi tersebut sangat dibutuhkan oleh kontraksi otot yang dihasilkan
dari hasil konversi ATP menjadi ADP + P (adenosine
diphospate + inorganic phospate). Setelah ikatan phosphate terurai yang
menyebabkan ADP dan P terpisah, maka munculah energy. Jumlah stok ATP yang
tersimpan dalam otot terbatas, maka tubuh harus terus mendapatkan suplai ATP
agar bisa terus melakukan aktifitas fisik yang dibutuhkan.
Tubuh dapat menghasilkan sumber ATP dari tiga
jenis sistem energi berdasarkan tipe aktifitas fisik yaitu, sistem phosphagen
(ATP-PC), sistem glycolytic, dan sistem oxidatif
Phosphagen (ATP-PC) System
Sistem energi anaerobik yang paling utama
adalah phosphagen sistem. Sistem tersebut mengandung tiga reaksi dasar yang
digunakan untuk proses pembentukan ATP. Reaksi pertama adalah proses penguraian
ATP menjadi ADP dan P yang menghasilkan sebuah energi. Karena otot memiliki
batas kapasitas dalam menyimpan ATP maka reaksi yang selanjutnya dibutuhkan
adalah untuk menjaga ketersediaan ATP. Reaksi tersebut digunakan untuk
meresintesis ATP dari ADP dan phosphocreatin
(PCr) dalam proses ini phosphate diurai dari PCr lalu membentuk Pi dan creatin (C), lalu Pi yang dihasilkan
dalam proses tersebut ditambahkan kedalam ADP sehingga merubah kembali menjadi
ATP. Dan reaksi terakhir adalah dengan mengurai ADP menjadi adenosine monophosphate dan Pi, yang
setelah itu unsur Pi dapat ditambahkan lagi terhadap ADP dan menghasilkan
formasi dari ATP
Sistem phosphagen dinilai sebagai sumber energi
utama untuk aktifitas yang intensitasnya cukup tinggi bahkan ekstrim sekalipun,
seperti misalnya lari sprint 100m dan 400m, loncat indah, angkat besi.
Glycolytic system
Sistem energi anaerobik yang kedua adalah
sistem glikolitik yang umumnya digunakan untuk aktivitas yang berdurasi 20
detik sampai dengan 2 menit. Yang menjadi sumber utama dalam sistem ini adalah
glukosa dalam darah dan sumber glikogen.
Mula – mula sejumlah ATP yang besar disuplai dari fast glycolysis, dan setelah kegiatan berlangsung hingga 2 menit
suplai ATP diperoleh dari slow
glycolysis. Fast glycolysis
dihasilkan dari formasi asam laktat, yang secara cepat dikonversikan menjadi
laktat. Saat glycolysis berlangsung
pada rentang waktu yang sangat cepat, kemampuan tubuh dalam mengkonversi asam
laktat menjadi laktat mengalami penurunan yang berakibat asam laktat tersebut
terakumulasi dalam jumlah besar dan efek yang dihasilkannya adalah kelelahan
dan terhambatnya aktivitas yang berlangsung. Akumulasi asam laktat pada ummumnya
terjadi pada saat sedang melakukan aktivitas dengan intensitas yang sangat
tinggi, terutama jika kurangnya durasi istirahat yang dimiliki. Dan hal
tersebut juga menyebabkan terkurasnya energi secara cepat.
Jumlah glikogen dalam tubuh juga sangat
berhubungan erat dengan jumlah karbohidrat, semakin rendah karbohidrat dalam
tubuh maka akan berdampak penurunan kapasitas penyimpanan glikogen dalam otot,
yang juga akan menyebabkan terganggunya performa dari atlet tersebut.
Oxidative System
Hampir sama dengan sistem glikolitik, sistem
oksidatif memiliki kemampuan untuk menggunakan glukosa dalam darah serta
glikogen otot sebagai sumber energi dalam memproduksi ATP. tapi yang menjadi
pembeda antara keduanya adalah penggunaan reaksi enzim yang terjadi dalam sistem
oksidatif yang menggunakan peranan O2. Sistem oksidatif tidak menghasilkan asam
laktat sebagai hasil uraian dari glukosa dan glikogen, tetapi sebagai
tambahannya sistem oksidatif justru memerlukan lemak dan protein dalam
pembentukan ATP. Saat beristirahat sistem oksidasi menerima sekitar 70% ATP
yang dihasilkan dari proses oksidasi lemak dan 30% ATP dihasilkan dari
karbohidrat.
Sistem oksidasi atau sistem aerobik adalah
sumber utama ATP untuk kegiatan yang
berdurasi 2 menit sampai 3 jam. Tapi sebaliknya aktivitas yang dilakukan kurang
dari 2 menit tetapi cukup menguras tenaga itu membutuhkan proses anaerobik
untuk menhasilkan sejumlah ATP yang dibutuhkan.
Minggu, 11 Juli 2010
KAJIAN ORIENTASI DALAM PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
PENDAHULUAN
Tujuan olahraga dan pendidikan jasmani terletak dalam peranannya sebagai wadah unik penyempurnaan watak,dan sebagai wahana untuk memiliki dan membentuk kepribadian yang kuat, watak yang baik dan sifat yang mulia ;hanya orang-orang yang memiliki kebajikan moral seperti inilah yang akan menjadi warga masyarakat yang berguna.
Menurut hemat saya pembangunan nasional membutuhkan prioritas dalam pendidikan dan kesehatan. Saya yakin bahwa kesehatan pedidikan jasmani,olahraga rekreasi dapat memainkan sebuah peranan penting di dalam pembangunan nasional manakala kebijakan dan program direncanakn dan diteliti dengan cermat, dan diselaraskan dengan situasi spesifik yang sedang terjadi di suatu negeri. Implikasi dari pembangunan kesehatan,pendidikan jasmani,olahraga dan rekreasi untuk perkembangan ekonomi, sosial dan kebudayaan, khususnya di dalam rangka mendukung terciptanya perubahan sosial yang diharapkan harus tidak boleh dilalaikan tatkala perencanaan kebijakan dan pembangunan nasional dirumuskan. Dengan demikian kita bias memposisikan pendidikan jasmani dan olahraga pada kedudukan yang amat strategis yakni sebagai “alat” pendidikan,sekaligus pembudayaan,karena kedua istilah yang amat dekat dan erat maknanya itu,tidak lain adalah sebagai proses pengalihan dan penanaman nilai-nilai. Proses ini merupakan keniscayaa,sebuah pra syarat yang memungkinkan manusia mampu terus mrmpertahankan kelangsungan hidupnya sebagai manusia. Ini berarti adalah dan tan tanggung jawab dari generasi tua untuk mendidik generasi muda dalam pengertian yang luas,sebuah keharusan ditinjau dari hukum-hukum ilahiah,yang diturunkan menjadi hu kum-hukum yang mengatur manusia sebagai makhluk hidup ditinjau dari tuntutan biologis, aspek kejiwaan,kehidupan masyarakat sebagai mahluk social dan sebagai mahluk berbudaya.
Dunia telah dan selalu berubah. Perubahan itu terjadi, didorong oleh perkembangan ilmu pegetahuan dan teknologi, termasuk teknologi komunikasi dan transpormasi. Menyertai gejala itu,kita dihadapkan dengan perubahan dinamik dan kecepatan yang tak terbayangkan,seperti dalam bidang sosial,budaya dan bahkan lingkungan hidup. Dengan perubahan tersebut secara otomatis perubahan itu juga akan menerpa dunia pendidikan dan dunia olahraga pada umumnya,mengubah citra masa depan. Dalam kaitan inilah, pendidikan jasmani dan olahraga,harus dipahami terkait dengan konteks lingkungan,sebab ia dibentuk oleh sistem kemasyarakatan yang luas,sekaligus terbentuk sebagai respons terhadap lingkungan sosial,ekonomi, politik, dan budaya. Bagaimana gambaran masa depan, sukar diperkirakan.
Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan. Maka karena itu,pendidikan jasmani dan olahraga selalu melibatkan dimensi sosial,di samping kriteria yang bersifat fisikal yang menekankan keterampilan,ketangkasan dan unjuk “kebolehan”. Sejak pasca proklamasi,pemerintah Indonesia menunjukkan perhatian cukup besar terhadap pendidikan jasmani dan olahraga,dan bersamaan dengan upaya untuk membangun sebuah Negara kebangsaan, olahraga dalam makna luas
diposisikan secara tepat sesuai dengan zamannya. Semasa pemerintahan Bung Karno, pendidikan jasmani dan olahraga ditempatkan sebagai landasan bagi realisasi kebijakan dalam dan luar negeri dalam konteks nation building, sekaligus pembentukan watak bangsa sebagai identitas.
PEMBAHASAN
Pembangunan yang efektif harus berkesinambungan dan berpusat pada manusia. Pembangunan yang berkesinambungan mensyaratkan bahwa kebutuhan-kebutuhan generasi sekarang tanpa kompromi harus memenuhi kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka, dan pembangunan manusia mensyaratkan bahwa pilihan-pilihan manusia semakin luas, memberikan seluruh anggota masyarakat peluang yang semakin luas dan kondisi-kondisi untuk hidup lama dan kehidupan yang sejahtera. Program-program olahraga yang terancang baik dapat membantu memenuhi tujuan-pembangunan manusia yang berkesinambungan, dengan memberikan kontribusi pada pembangunan ekonomi dan sosial, dan lingkungan hidup yang berkesinambungan. Olahraga merupakan katalisator dalam pembangunan ekonomi. Termasuk dalam sektor olahraga adalah pabrik peralatan olahraga, pembangunan infrastruktur dan event olahraga, penonton, sponsor dan media massa. Unsur-unsur ekonomi olahraga tersebut saling berhubungan, baik dalam memberikan kontribusi maupun mengambil manfaat dari pembangunan olahraga.
Pembangunan melalui olahraga memperoleh manfaat terutama dari kemitraan integral melalui pendekatan olahraga-untuk-pembangunan yang melibatkan semua sektor dalam pembangunan masyarakat termasuk pemerintah, organisasi olahraga, lembaga swadaya masyarakat dan sektor swasta. Pemerintah dan dunia olahraga harus terlibat lebih dalam pada kegiatan pembangunan berbasis olahraga untuk memastikan bahwa elemen masyarakat sipil menjadi kekuatan yang aktif dan komitmen dalam kemitraan global untuk pembangunan
OLAH RAGA merupakan suatu fenomena dunia, dan menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan bagi manusia di muka bumi ini, sehingga Unesco tahun 1978 mendeklarasikan bahwa olah raga merupakan wahana untuk mengejawantahkan hak-hak asasi manusia dan lebih lanjut PBB pada tahun 1998 mendeklarasikan tentang hak anak yakni anak berhak untuk memperoleh kesehatan terbaik, kesempatan mengisi waktu senggang dengan bermain dan berolah raga (Rusli Lutan, 2004).
Lalu pertanyaannya, bagaimana sistem pembangunan olah raga di Indonesia? Seberapa penting olah raga bagi masyarakat, bangsa dan negara? Hendak dibawa ke mana pembangunan olah raga di Indonesia? Bagaimana tanggung jawab pemerintah terhadap olah raga? Seberapa besar kepedulian pemerintah terhadap olah raga? Itu semua akan terjawab dalam kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah.
Jika pemerintah memandang bahwa olah raga itu merupakan alat pembangunan bangsa yang strategis, maka akan memberikan porsi yang proposional, dan sebaliknya, bahwa olah raga tidak mempunyai nilai yang strategis maka tidak akan menjadi keputusan yang utama.
Kebijakan (policy) menurut Jenkins dalam Rusli Lutan (2004) adalah seperangkat keputusan yang saling berkaitan yang dibuat aktor politik atau sekelompok pelaku berkenaan dengan pemilihan tujuan dan cara (alat) untuk mencapainya dalam situasi tertentu, dengan catatan bahwa keputusan itu dibuat dalam lingkup kekuasaan para pelaku tersebut untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Berdasarkan pengertian kebijakan tersebut, maka arah pembangunan olah raga Indonesia berada pada keputusan pemerintah yang sedang mengendalikan jalannya pemerintahan. Dalam pembangunan olah raga di Indonesia selama ini, sadar atau tidak kita sadari, boleh jadi penetapan kebijakan tidak menempuh langkah-langkah semestinya.
Pemerintah tidak meletakkan dasar-dasar kebijakan secara mendasar dan kontinyu. Program pembinaan olah raga yang selama ini dijalankan bersipat insidentil dan tidak terintegrasi, sebagai contoh ketika mau menghadapi SEA Games, Asian Games, atau Olimpiade beberapa bulan sebelumnya, baru mengadakan pusat pelatihan olah raga.
Atau di masa silam dalam rangka meningkatkan prestasi olah raga nasional dibuatlah beberapa projek misalnya projek PSSI Prima-vera, dan projek Garuda Emas (Gapai Rebut Dapatkan Emas). Kedua projek ini mengalami kegagalan. Sekarang dibuatlah projek baru dengan nama Indonesia Bangkit. Projek yang baru berusia seumur jagung ini juga sudah me-nuai beberapa kegagalan. Program pembinaan model ini merupakan kebijakan pembinaan olah raga potong kompas yakni ingin cepat hasil tanpa mau kerja keras. Di masa pemerintahan Bung Karno pada awal tahun 1960-an beliau menetapkan olah raga sebagai bagian dari platform revolusi dan dalam rangka character and national building. Olah raga sebagai sarana strategis untuk membangun keterpurukan mental, kepercayaan diri, identitas bangsa, serta persa-tuan dan kesatuan. Dengan kebijakan tersebut, maka olah raga Indonesia menunjukkan prestasi yang menggembirakan. Tahun 1962 Indonesia menjadi tuan rumah pesta olah raga terakbar di benua Asia (Asian Games). Selain sukses sebagai tuan rumah, juga sukses dalam prestasi yakni menduduki peringkat ke dua setelah Jepang. Padahal kita ketahui pada masa itu perekonomian Indonesia dalam nadir yang paling rendah. Kebijakan pemerintah di bidang olah raga berubah ketika orde baru berkuasa. Dengan alasan ekonomi, efisiensi dan kesejahteraan masyarakat, maka pemerintah mengambil kebijakan bahwa, pelaksanaan Pekan Olah raga Nasional (PON) selalu diadakan di Jakarta. Kebijakan ini mengakibatkan kerugian didalam pembinaan olah raga nasional. Aktivitas olah raga terpusat di Jakarta, sehingga pembinaan olah raga di daerah-daerah khususnya di luar pulau Jawa perkembangannya sangat lambat, kalau tidak kita katakan tidak berjalan.
Sebagai komparatif kebijakan pemerintah dalam bidang pembangunan olah raga, penulis sampaikan dua negara sebagai contoh perbandingan yaitu Belanda dan Cina.
Di Belanda
Olah raga bagi bangsa Belanda adalah sangat penting. Isu olah raga selalu menjadi bahan perbincangan dan perdebatan di kalangan masyarakat, sehingga selama kampanye nasional, kebijakan olah raga adalah topik yang sangat pen-ting bagi semua partai politik. Masyarakat para pemilih partai politik selalu menanyakan kepada para politikus tentang kebijakan dibidang olah raga yang akan diambil selama empat tahun ke depan, dan olah raga apa saja yang dilakukan para politikus diwaktu luangnya.
Olah raga merupakan sebagai gaya hidup bagi bangsa Belanda. Ini diyakini karena olah raga menghasilkan dampak positif dimasyarakat misalnya kesehatan, hubungan sosial dan ekonomi. Untuk itu, pemerintah mengalokasikan anggaran yang besar bagi olah raga.
Struktur pembinaan olah raga dikelola oleh pemerintah dari tingkat pusat, propinsi sampai kabupaten. Pemerintah pusat mengalokasikan dana untuk memayungi top organisasi, even pertandingan puncak olah raga, olah raga internasional, menyiapkan tenaga ahli olah raga, teknisi laboratorium olah raga dan program Bredtesport, olah raga untuk semua, sport for all.
Total anggaran dari pemerintah pusat untuk saat ini adalah 77 juta Euro atau setara dengan 847 milyar. Pemerintah propinsi dan kabupaten selain menerima anggaran dari pemerintah pusat, juga mengalokasikan anggarannya dari penghasilan pajak di daerahnya untuk pembangunan olah raga.
Di Cina
Bagi partai komunis Cina olah raga merupakan mesin pendorong bagi perkembangan sosial. Mao Zedong sebagai ketua telah meletakkan dasar kebijakan bagi pembangunan olah raga Cina 50 tahun silam. Konsep pembangunan Olah raga di Cina dikembangkan berdasarkan pembangunan ekonomi, pembangunan pertahanan nasional dan perkembangan sosial.
Dengan mengikuti tuntunan tersebut, maka pemerintah mengadopsi serangkaian perangkat seperti mendirikan lembaga olah raga. Pemerintah pada semua tingkat untuk bertanggung jawab kepada pendidikan jasmani dan pembangunan olah raga secara nasional; meningkatkan alokasi dana untuk olah raga sehingga dapat membangun stadion dan gedung olah raga, dan sistem hukum olah raga dimantapkan.
Semangat pembinaan olah raga di Cina terlingkup dalam usaha mencapai kejayaan tanah air. Dalam tahun 1954, dalam butir 94 kontitusi Republik Rakyat Cina ke-1 dirumuskan Negara menaruh perhatian khusus terhadap perkembangan fisik dan mental generasi muda. Negara mengembangkan olah raga, menyelenggarakan kegiatan olah raga masyarakat dan meningkatkan kualitas fisik warga masyarakat. Undang-undang olah raga Cina menyatakan bahwa Negara menjamin aktivitas olah raga bagi pemuda, remaja dan anak-anak. Pemerintah lokal pada semua tingkatan harus menyediakan kondisi penting bagi warga negara untuk berpartisipasi dalam aktivitas olah raga massal.
Dengan meletakan dasar kebijakan tersebut, maka sekarang kegiatan olah raga masyarakat menjadi suatu kebutuhan, tak kurang dari 1 milyar kaum muda mencapai standar kebugaran jasmani. Angka harapan hidup naik dari rata-rata 35 tahun pada tahun 1949 menjadi 70 tahun pada tahun 2000. Prestasi olah raga Cina dari hari ke hari menjadi perhatian dunia. Para atlet Cina telah memenangkan 1.123 kejuaraan dunia, memecahkan rekor 880 kali, menduduki peringkat ke-1 dalam Asian Games dan peringkat ke-2 di Olimpiade.
Lapangan olah raga dan fasilitas meningkat: terdapat 610.000 stadion dan gedung olah raga, naik 149% dari tahun 1949 (Rusli Lutan, 2004).
Di tanah air
Setelah pemilu presiden putaran ke dua usai, masyarakat Indonesia khususnya masyarakat olah raga mengharapkan presiden terpilih mengambil kebijakan yang strategis dalam pembangunan bidang olah raga.
Pemerintahan baru diharapkan mampu meletakkan dasar-dasar pembinaan yang kokoh dan konsisten. Mereformasi sistem pembinaan olah raga nasional, membangun generasi muda yang kuat baik jasmani dan rohani.
Wacana yang lagi santer berkembang dimasyarakat berkenaan dengan pembinaan olah raga nasional adalah pembentukan departemen olah raga. Memang ironis bagi bangsa ini dimana bangsa lain termasuk bangsa yang sudah maju meletakan olah raga sebagai tanggung jawab pemerintah, misalnya pemerintah Cina mengambil kebijakan pembinaan olah raga melalui Jalur majemuk, artinya yang bertanggung jawab terhadap pembinaan olah raga bukan hanya satu departemen melainkan semua departemen. Misalnya departemen perindustrian, departemen pertanian, departemen pendidikan masing-masing bertangung jawab atas pembinaan olah raga di departemennya.
Maka sangat wajar masyarakat Indonesia mengharapkan kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah yang akan datang untuk memberikan perhatian yang besar terhadap bidang olah raga. Karena masalah pembangunan olah raga merupakan masalah yang sangat besar dan kompleks. Oleh karena itu penanganannya tidak bisa dilakukan dengan cara setengah-setengah dan insidentil. Semoga pemerintahan baru, peduli terhadap olah raga dan Insya Allah sebagai rasa tanggung jawab pemerintah terhadap olah raga, maka departemen olah raga yang kita diimpi-impikan sejak lama menjadi kenyataan.
Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dalam membina dan membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasionalnya baik pada aspek politik, ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan dituntut untuk selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah. Untuk itu pembinaan dan penyelenggaraan tata kehidupan bangsa dan negara Indonesia disusun atas dasar hubungan timbal balik antara falsafah, cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia, serta kondisi sosial budaya dan pengalaman sejarah yang menumbuhkan kesadaran tentang kemajemukan dan kebhinnekaannya dengan tetap mengutamakan persatuan dan kesatuan. Gagasan untuk menjamin persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan tersebut merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya, yang dikenal dengan istilah Wawasan Nusantara.
Wawasan Nusantara diartikan sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya, yang dilandasi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bermartabat, serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan perjuangan nasional.
Olahraga merupakan sarana yang sangat bernilai dalam upaya memperkuat persatuan dan solidaritas nasional antar wilayah dan kelompok masyarakat. Olahraga juga dapat memberikan kontribusi dalam membina perdamaian dan pencegahan konflik. Peran vital kemitraan dengan organisasi olahraga, sektor swasta dan organisasi lain dapat dilaksanakan agar manfaat olahraga sebagai alat pembangunan dan perdamaian menjadi lebih baik.
Pertama, Wawasan Nusantara harus menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam menghadapi, menyikapi, dan menangani permasalahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berorientasi kepada kepentingan rakyat dan keutuhan NKRI.
Kedua, Wawasan Nusantara perlu diimplementasikan dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta dalam upaya menghadapi berbagai ancaman dan tantangan baik dari dalam maupun dari luar.
Ketiga, semua warga negara Indonesia pecinta olahraga khususnya atlet olahraga diharuskan kembali pada falsafah nasionalisme olahraga. Hal ini dimaksudkan agar semangat heorik, juang, sportifitas, kegigihan dan rela berkorban adalah demi kemajuan bangsa serta negara Indonesia. Olahraga memiliki kekuatan pada dimensinya yang beragam dan daya tarik yang luas untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan dan perdamaian. Rencana Aksi merupakan strategi untuk lebih mengintegrasikan olahraga kedalam agenda pembangunan; menggabungkan olahraga dalam program-program kesehatan, pendidikan, pembangunan dan perdamaian ; memanfaatkan olahraga sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan.
Partisipasi dalam olahraga telah diakui sebagai hak asasi manusia, dan “olahraga untuk semua” harus menjadi dasar bagi pemanfaatan yang sistematis dalam Olahraga untuk Pembangunan dan Perdamaian. Para stakeholder dituntut untuk menetapkan hubungan yang jelas antara kesempatan untuk berpartisipasi dalam olahraga dan pencapaian tujuan pembangunan dan tujuan yang lebih luas dalam pembangunan berkesinambungan dan perdamaian. Para stakeholder juga dituntut untuk menjawab tantangan-tantangan untuk memgintegrasikan Olahraga untuk Pembangunan dan Perdamaian dalam agenda pembangunan pada semua tingkatan.
Sabtu, 27 Maret 2010
SOLUSI TUBUH BUGAR DAN KULIT SEHAT YANG OPTIMAL
SOLUSI TUBUH BUGAR DAN KULIT SEHAT YANG OPTIMAL
Jika ada orang bertanya apa yang paling berharga dalam hidup ini, jawabanya cuma satu…KESEHATAN. Dengan tubuh sehat orang bisa menikmati apa saja termasuk meningkatkan kualitas hidup. Dan untuk mendapatkan semua itu ditengah kepadatan rutinitas hidup di kota besar, butuh perjuangan!!!
Tuntutan kerja dan aktifitas yang tinggi membuat jatah waktu kita berolahraga semakin tipis. Bahkan kadang lalai untuk sekedar memperhatikan kesehatan kulit sekalipun. Orang bangun pagi-pagi hanya untuk mengejar jam kantor, sementara waktu habis dijalan berteman dengan polusi dan terik mentari. Sementara ketika libur datang orang lebih senang bangun siang dan bermalas-malasan. Kebiasaan ini memicu pola hidup tidak sehat.
Mencermati trend gaya hidup kaum urban yang tidak teratur, amburadul dan cenderung lupa berolahraga, padahal kebugaran tubuh dan kesehatan kulit menjadi bagian penting yang tak bisa dipisahkan dalam mendukung penampilan KITA SEMUA.
.
PERKEMBANGAN MOTORIK: MODEL TEORITIKAL
PERKEMBANGAN MOTORIK: MODEL TEORITIKAL
Konsep Utama
Perkembangan motorik mungkin digambarkan, menggunakan jam pasir, sebagai proses tahap yang berkelanjutan dan saling melengkapi.
Fungsi utama teori adalah untuk menyatukan yang telah ada, menyusun fakta-fakta tersebut supaya memiliki makna. Perkembangan teori menyangkut fakta yang telah ada tentang organisme makhluk hidup dan memberikan perkembangan yang simetris tentang fakta tersebut. Sehingga, perumusan teori menyajikan dasar untuk pengujian fakta dan sebaliknya. Fakta bersifat penting tapi bukan merupakan sebuah ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan bergantung pada kemajuan teori dan pengumpulan fakta-fakta. Dalam studi tentang perilaku manusia, khususnya pada daerah yang mengalami perkembangan kognitif dan afektif, perumusan teori menjadi lebih penting dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Teori memiliki peran ganda yang penting pada kedua daerah ini; yaitu; teori telah disajikan dan terus disajikan sebagai pemersatu fakta-fakta yang telah ada dan sebagai dasar terbentuknya fakta-fakta baru (Bigge dan Shermis, 1992; Learner, 1986).
Sampai sekarang, minat terhadap perkembangan motorik telah diperhatikan dengan menerangkan dan membuat daftar data, dengan sedikit minat terhadap model perkembangan berperan terhadap keterangan teoritikal tentang perilaku dalam setiap jengkal kehidupan. Penelitian ini sangat perlu dan penting sebagai pengetahuan dasar kita. Tapi sebenarnya sedikit membantu kita untuk menjawab pertanyaan penting tentang apa yang sebenarnya terkandung didalam proses perkembangan motorik, dan bagaimana proses tersebut terjadi. Hanya ada beberapa model perkembangan motorik dan sedikit teori tentang perkembangan motor. Namun sekarang, sarjana di bidang perkembangan motorik menguji ulang pekerjaan mereka dengan lebih hati-hati walaupun penelitian kandas pada kerangka teoritikal. Maksud dari bab ini adalah untuk menyajikan model keseluruhan tentang perkembangan motorik, berdasarkan sudut pandang teoritikal khusus, untuk menggambarkan dan menerangkan perkembangan dan menyajikannnya sebagai dasar untuk membentuk fakta-fakta baru tentang aspek penting perilaku manusia.
4.1 Beberapa Model Teoritikal Perkembangan Motorik Secara Menyeluruh Yang Sudah Ada
Fungsi pertama model teoritikal perkembangan motorik harusnya untuk menyatukan fakta-fakta yang digunakan dalam studi. Fungsi kedua harusnya menyajikannya sebagai dasar untuk pembentukan fakta-fakta baru. Seseorang mungkin mengatakan bahwa fakta-fakta harus diinterpretasikan dengan lebih dari satu cara, yaitu dengan pandangan teoritikal yang berbeda. Hal ini mungkin saja dan diperlukan. Sudut pandang yang berbeda menghasilkan argumen dan debat teoritikal, yang sangat membantu dalam penelitian untuk membuat keterangan baru tentang interpretasi teoritikal yang berbeda dengan yang lainnya. Walaupun jika teoritikal lain tidak ada, para peneliti harus menentukan apakah hipotesa yang diambil dari teori bisa didukung secara eksperimen dan ekologis.
Teori harus mencakup semua penelitian dan ilmu pengetahuan termasuk studi tentang perkembangan motorik. Perkembangan teori harus bersifat deskriptif dan bersifat menjelaskan. Dengan kata lain, developmentalist (pengembang) harus menarik dibidang yang biasanya disukai oleh masyarakat pada umur tertentu (deskriptif), dan alasan yang membuat hal ini terjadi (penjelasan). Tanpa dasar teoritikal, penelitian di bidang perkembangan motorik atau dibidang lainnya cenderung menghasilkan fakta yang sempit. Namun, tanpa pengetahuan yang sudah ada (fakta), kita tidak bisa merumuskan teori, dan tanpa perumusan dan pengujian konstan terhadap teori, kita tidak bisa berharap akan peningkatan pemahaman dan kesadaran tentang fenomena yang kita sebut sebagai perkembanagn motorik.
4.2 Model Teoritikal Berusaha Untuk Menggambarkan dan Menerangkan Tingkah Laku dan Mungkin Induktif dan Deduktif Pada Alam
Sebuah teori adalah kumpulan-kumpulan pernyataan, konsep, atau prinsip yang menyatukan fakta dan berperan dalam pembentukan fakta baru. Model tahap perkembangan motorik disajikan pada bab ini tidak semata-mata berdasarkan pada pengumpulan fakta-fakta. Model tersebut akan dihasilkan dengan menggunakan metode induktif perumusan teori. Dalam metode induktif peneliti memulai dengan sekumpulan fakta dan kemudian berusaha untuk menemukan landasan teori untuk menyusun dan menerangkan teori tersebut. Metode deduktif yang digunakan di sini berdasarkan pada sebuah kesimpulan dan memiliki tiga kualifikasi utama. Pertama, teori harus menyatukan fakta-fakta yang sudah ada dan laporan tentang bukti-bukti empiris yang ada yang menunjang isi teori. Kedua, teori harus harus berperan dalam perumusan hipotesa yang bisa diuji dalam bentuk: jika......, maka......... Ketiga, teori harus diuji secara empiris; sehingga, hipotesis yang dites secara eksperimen akan memberikan hasil yang mendukung teori.
Dengan menggunakan metode deduktif daripada induktif, lebih membantu kita untuk melihat baiknya pengumpulan data menjadi bersatu dan dapat dimengerti secara keseluruhan. Juga membantu kita untuk mengidentifikasi informasi yag diperlukan untuk mengisi celah dalam teori atau untuk mengklarifikasi atau memperbaikinya. Tahap perkembangan motor yang diterangkan disini berdasarkan pada metode deduktif dan disajikan sebagai model perumusan teori. Dalam sesi berikut masing-masing fase akan digali dengan lebih detail.
4.3 Proses Perkembanagn Motor Mungkin Dilihat Sebagai Tahap Dan Tingkatan
Gerakan yang bisa diteliti dapat dibagi menjadi tiga kategori: gerakan pemantapan, gerakan lokomotorik, dan gerakan bersifat manipulasi, atau gabungan dari ketiganya. Dalam pemahaman yang lebih luas, gerakan pemantapan adalah gerakan yang membutuhkan tingkat keseimbangan (contohnya, semua aktivitas motorik yang keras). Dalam pemahaman yang lebih sempit, gerakan pemantapan adalah kegiatan yang bukan termasuk gerakan lokomotorik dan manipulasi. Kegiatan ini meliputi kegiatan seperti putaran, belokan, dorongan, dan tarikan yang tidak bisa dikelompokkan menjadi gerakan lokomotorik atau manipulasi. Dalam buku ini, stabilitas, sebagai kategori gerakan, dilihat sebagai lebih dari hanya sekedar kata tapi setidaknya sebagai hal yang bisa diterapkan pada semua gerakan. Stabilitas merujuk pada setiap kegiatan yang memberikan premium dalam mencapai dan mempertahankan keseimbangan seseorang yang berhubungan dengan gaya gravitasi. Sehingga, gerakan aksial (istilah lain yang terkadang digunakan untuk gerakan non-lokomotorik) dan sisipan dan gelindingan badan dimasukkan ke dalam gerakan pemantapan.
Kategori gerakan lokomotorik merujuk pada gerakan yang melibatkan perubahan posisi saat badan relatif pada titik yang tepat pada permukaan. Berjalan, melompat, lompatan, loncatan, atau lompatan panjang termasuk pada gerakan lokomotorik. Dalam penggunaan istilah, seperti aktivitas maju dan mundur mungkin termasuk dalam gerakan lokomotor dan gerakan stabilitas – disebut lokomotorik karena badan berpindah dari satu titik ke titik lain, disebut stabilitas karena premium dibutuhkan dalam mempertahankan keseimbangan dalam situasi keseimbangan yang tidak biasa.
Kategori gerakan manipulatif merujuk pada manipulasi motorik keras dan halus. Manipulasi motorik keras melibatkan kegiatan memberi gaya ke benda atau menerima gaya dari benda. Kegiatan seperti melempar, menangkap, menendang, dan menyepak benda, dan juga menjebak dan memukul merupakan gerakan manipulasi motor kasar. Gerakan manipulasi motorik halus meliputi gerakan yang melibatkan otot tangan dan otot pergelangan tangan. Seperti menjahit, memotong dengan gunting, dan mengetik. Banyak gerakan yang melibatkan gabungan dari gerakan stabilitas, lokomotorik, dan/atau manipulasi. Contohnya, lompat tali melibatkan lokomotorik (melompat), manipulasi (perulangan posisi tali), dan stabilitas (mempertahankan kesimbangan). Demikian juga, bermain sepakbola melibatkan kemampuan lokomotorik (berlari dan melompat), kemampuan manipulasi (menggiring, melewati, menendang, dan heading), dan kemampuan stabilitas (mengelak, meraih, berbalik, dan berputar).
Kesimpulannya, jika gerakan ditampilkan sebagai jalan masuk semua proses perkembangan motorik kemudian cara untuk mempelajari proses ini adalah dengan menguji rangkaian perkembangan kemampuan gerakan disetiap jengkal kehidupan. Tahap dan tingkatan perkembangan motor berikut akan didesain lebih detail sebagai model dalam studi ini. (lihat gambar 4.1 untuk penyajian visual tentang 4 tahap dan tingkatannya).
pemanfataan pemanfataan pemanfataan
kehidupan kehidupan kehidupan
sehari-hari rekreasi persaingan
PERKEMBANGAN TAHAPAN PERKEMBANGAN
PERIODE UMUR MOTORIK
14 tahun keatas tahapan pemanfaatan kehidupan
11-13 tahun TAHAP GERAKAN tahap penerapan
7 – 10 tahun KHUSUS tahap peralihan
6-7 tahun TAHAPAN GERAKAN tahap Dewasa (Matang)
4-5 tahun DASAR Tahap Dasar
2-3 tahun Tahap awal
1-2 tahun TAHAP GERAKAN DASAR Tahap Pra-awas
dari lahir – 1 tahun BELUM SEMPURNA Tahap Hambatan Refleks
4 bulan -1 tahun Tahap gerakan refleksif Tahap Penerimaan Informasi
masih janin – 4 bulan Tahap Penguraian Informasi
Gambar 4.1
Tahap Perkembangan Motorik
Tahap Gerakan Refleksif
Gerakan yang pertama kali dilakukan oleh janin bersifat refleksif. Refleks adalah gerakan yang bersifat tidak sengaja yang membentuk dasar tahap perkembangan motorik. Melalui kegiatan refleks, bayi dengan cepat mendapatkan informasi tentang lingkungannya. Reaksi bayi untuk menyentuh, melihat, mendengar, dan merubah tekanan dengan cepat merupakan gerakan yang tidak disengaja. Gerakan ini, yang bergandengan dengan pengalaman otak pada bulan pertama setelah kelahiran, berperan penting dalam membantu anak-anak untuk lebih mempelajari tubuhnya dan dunia luar.
Refleksif sederhana bisa dikelompokkan sebagai pengumpulan informasi, pencarian makanan, dan reaksi perlindungan. Dengan pengumpulan informasi, mereka membantu merangsang aktivitas dan perkembangan otak. Mereka mencari makanan dan perlindungan karena ada bukti bahwa mereka adalah tingkat genetik pertama di alam. Refleksif sederhana seperti mencari dan menyusu termasuk dalam mekanisme bertahan hidup sederhana. Tanpa mereka, bayi yang baru lahir tidak akanbisa mendapatkan makanan.
Refleksif Postural adalah bentuk kedua dari gerakan tanpa disengaja. Gerakan ini hampir sama dengan gerakan yang kelihatannya disengaja tapi sebenarnya tidak disengaja. Refleksif ini kelihatanya termasuk sebagai alat gerakan saraf motorik untuk mekanisme keseimbangan, lokomotorik, dan manipulasi yang akan digunakan selanjutnya untuk gerakan yang disadari. Melangkah dan merangkak refleks dasar, contohnya, menyerupai sikap berjalan dan merangkak sebelumnya. Refleks genggaman telapak tangan berhubungan erat dengan sikap menggenggam dan melepaskan dengan sengaja. Refeks otak kanan dan refleks bersandar berhubungan dengan kemampuan keseimbangan. Tahap refleksif perkembangan motorik dibagi menjadi dua bagian yang saling melengkapi.
4.4 Refleks adalah bentuk gerakan pertama pada manusia
Tahap Pemberian Informasi
Tahap penandaan (pengumpulan) informasi dalam tahap gerakan refleksif ditandai dengan aktivitas gerakan tanpa sengaja yang bisa diuji selama masa janin sampai bayi berumur 4 bulan. Selama tahap ini, pusat otak bawah mengalami peningkatan perkembangan daripada kulit luar motorik dan penting untuk gerakan janin dan gerakan setelah lahir. Pusat otak ini mampu menghasilkan reaksi refleks pada berbagai rangsangan dengan jumlah dan durasi yang berbeda. Sekarang refleks diaanggap sebagai cara bayi untuk mendapatkan informasi, mencari makanan, dan mendapatkan perlindungan melalui gerakan.
Tahap Penguraian Informasi
Tahap penguraian (memproses) informasi pada tingkatan reflek dimulai pada umur sekitar 4 bulan. Selama itu, ada hambatan yang berkelanjutan dalm gerakan refleks seiring dengan semakin tingginya perkembangan pusat otak. Pusat otak bawah melepaskan kontrol terhadap kerangka gerakan dan digantikan oleh aktivitas gerakan sadar yang ditangani oleh wilayah motorik kulit luar otak. Tahap penguraian informasi menggantikan aktivitas motorik pancaindra dengan kemampuan perseptual motorik. Sehingga, perkembangan kontrol sadar terhadap kerangka gerakan bayi melibatkan proses rangsangan pancaindra dengan penyimpanan informasi, bukan bereaksi untuk merangsang.
Bab 7 fokus pada refleks sederhana dan pestural karena berhubungan dengan tahap perkembangan pemberian dan penguraian informasi dan gerakan sadar.
4.5 Rangkain kemahiran kemampuan gerakan selama tahap gerakan dasar diperbaiki, tapi rata-ratanya tidak tetap.
Tahap Hambatan Refleks
Tahap hambatan refleks pada tahap pergerakan dasar mungkin dianggap sebagai permulaan kelahiran. Pada kelahiran, refleks mendominasi daftar gerakan.bayi. Kemudian, gerakan bayi meningkat dan dipengaruhi oleh perkembangan kuliat luar otak. Perkembangan kulit luar otak, dan berkurangnya hambatan lingkungan, menyebabkan beberapa gerakan refleks untuk dihindari dan berangsur-angsur hilang.
Tahap Pra-awas
Setelah berumur sekitar 1 tahun, anak-anak mulai melakukan ketelitian dan pengawasan terhadap gerakan mereka. Proses ini yang membedakan antara sistem pancaindra dan motorik dan penyatuan perseptual dan informasi motorik menjadi lebih bermakna dan berpadu secara keseluruhan. Perkembangan yang cepat pada proses kognitif dan motorik mendorong perolehan cepat terhadap kemampuan gerakan dasar pada tahap ini.
Tahap Gerakan Dasar
Kemampuan gerakan dasar pada anak-anak merupakan hasil pertumbuhan tahap perkembangan dasar pada bayi. Tahap perkembangan motorik tersebut mencerminkan saatnya anak-anak sudah terlibat dalam menggali dan mencoba kemampuan gerakan tubuh mereka.
4.6 Kemampuan Dan Pembatas Yang Terkandung Dalam Tugas, Individual, Dan Lingkungan Memiliki Pengaruh Yang Besar Terhadap Kemahiran Kemampuan Gerakan Dasar Yang Matang
Beberapa peneliti dan pengembang instrumen penilaian telah berusaha membagi gerakan dasar menjadi tahap rangkaian yang bisa diidentifiasi. Untuk tujuan model kita kita akan memperlihatkan tahap gerakan dasar seluruhnya yang memiliki tiga bagian tapi biasanya saling melengkapi: awal, dasar, dan dewasa. Tahap-tahap ini digambarkan dengan jelass secra singkat dan lebih detail pada bab 11.
Tahap Awal
Tahap awal fase gerakan dasar menyajikan tujuan pertama anak-anak ketika berusaha untuk menampilkan kemampuan dasar. Gerakan itu sendiri ditandai dengan bagian yang hilang atau yang tidak tepat, terbatas, dan penggunaan tubuh yang berlebihan, dan aliran yang kurang irama da koordinasi. Penyatuan gerakan ruang dan waktu juga kurang. Biasanya, gerakan lokomotorik, manipulasi, dan stabilitas pada anak berusia 2 tahun berada pada tahap awal. Beberapa anak mungkin melebihi level ini untuk tampilan beberapa bentuk gerakan, tapi kebanyakan masih berada pada tahap awal.
Tahap Dasar
Tahap dasar meliputi kontrol yang lebih besar dan koordinasi ritme gerakan dasar yang lebih baik. Ketepatan ruang dan waktu juga diperbaiki, tapi bentuk gerakan pada tahap ini pada umumnya masih terbatas atau berlebihan, walaupun dikoordinasi dengan lebih baik.
4.10 Proses Perkembangan Motorik Tidak Berlanjut Dalam Sistem Pembentukan Diri
Model perkembangan motorik jam pasir tidak bersifat satu dimensi, sehingga, tidak dipengaruhi oleh bidang kognitif dan afektif dari perilaku manusia. Tidak seperti penyajian jam pasir dua dimensi pada gambar 4.2 dan 4.3, jam pasir “sesungguhnya”disajikan hanya pada ruang tiga dimensi. Hasilnya, jam pasir sesungguhnyamemiliki tinggi, luas, dan kedalaman dan harus ditopang jika tetap tegak. Bayangkan, jika anda akan menjadi sebuah jam pasir berbentuk manusia yang ditopang oleh pilar kognitif, pilar afektif, dan pilar motorik. Jam pasir bersifat multidimensi; sehingga, ada interaksi tiga arah diantara bidang kognitif, afektif, dan motorik. Dengan kata lain, model jam pasir lebih dari model motorik. Model jam pasir merupakan perkembangan motorik yang mempengaruhi dan dipengari oleh berbagai faktor luas kognitif dan afektif yang beroperasi dalam diri seseorang dan dalam lingkungan.
Anda mungkin merasa itu membantu untuk menggambarkan proses motorik karena anda mengikuti sesi berikut ini yang berhubungan dengan perkembangan motorik pada bayi, anak-anak, remaja, dan dewasa. Ingat, bahwa anda tidak harus menerima model ini. Model teoritikal hanyalah “model”. Karena mereka tidaklah sempurna, tidak tepat, dan tunduk pada pembuktian dan perbaikan. Yang penting adalah anda bisa menggambarkan bagaimana proses perkembangan motorik terjadi. Ingat, memahami perkembangan motorik membantu untuk menerangkan bagaimana proses belajar terjadi. Keduanya penting untuk pembentukan petunjuk yang efektif dan tepat yang bisa dikembangkan.
4.11 Memahami Proses Perkembangan Motorik Membantu Menerangkan Proses Belajar Kemampuan Dasar Gerakan Terjadi, Yang Berperan Penting Untuk Petunjuk Yang Tepat Dan Bisa Dikembangkan.
Kemahiran kompetensi dalam gerakan merupakan proses luas yang dimulai dengan gerakan refleksif awal pada bayi baru lahir dan berlanjut selama hidupnya. Proses yang mempengaruhi perkembangan seseorang dari tahap gerakan refleks, melalui tahap gerakan tidak sempurna dan gerakan dasar, dan akhirnya ke tahap perkembangan kemampuan gerakan khusus yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam tugas, individual, dan lingkungan.
Kamampuan gerakan refleks dan dasar kebanyakan berdasarkan pada kematangan. Mereka muncul dan hilang dengan teratur, hanya menyimpang dalam kemunculannya. Hal itu terjadi, namun bentuk dasar yang penting tentang kemampuan gerakan dasar sudah dikembangkan.
Kemampuan gerakan dasar merupakan bentuk gerakan dasar yang mulai berkembang seiring dnegan anak mulai bisa berjalan sendiri dan berpindah engan bebas pada lingkungannya. Kemampuan dasar lokomotorik, manipulasi, dan stabilitas ini berjalan pasti, proses yang bisa diteliti dari masa belum dewasa sampai dewasa. Tahap dalam fase ini meliputi tahap awal, dasar, dan dewasa. Pencapaian tahap dewasa sebagaian besar dipengaruhi oleh kesempatan untuk mempraktekkan, dorongan, dan petunjuk dalm lingkungan yang membantu perkembangan proses belajar. Pada situasi yang tepat, anak-anak mampu menunjukkan tahap dewasa dengan sanat luasmayoritas pada bentuk gerakan dasar untuk anak berusia 6 tahun. Kemampuan gerakan dasar anak sekolah sering dikembangkan secara tidak sempurna. Sehingga, tingkat dasar membutuhkan kesempatan yang baik untuk mengembangkan kemampuan gerakan dasar mereka menuju tahap dewasa. Kemampaun gerakan yang sama akan diperkaya dan diperbaiki untuk membentuk kemampuan gerakan khusus yang lebu\ih tinggi seperti rekreasi, persaiangan, dan tugas sehari-hari dalam hidup.
Perkembangan tahap gerakan khusus merupakan intisari dalam menjelajahi tahap dasar. Kemampuan khusus bersifat lebih tepat daripada kemampuan dasar. kemampuan khusus sering melibatkan gabungan kemampuan gerakan dasar dan membutuhkan ketepatan yang lebih besar. Kemampuan khusus melibatkan 3 tahap yang saling berhubungan. Tahap peralihan biasanya terjadi apda anak di tingakt 3 sampai 5. Pada level ini, anak-anak dilibatkan dalam penerapan perdana gerakan dasar mereka melalui olahraga. Jika kemampuan dasar yang digunakan dalam aktivitas olahraga tertentu bukan untuk tahap dewasa, anak-anak akan berusaha untuk mengurangi bentuk gerakan tahap dewasa dan dasar. Jelas bahwa dengan melibatkan anak-anak dalam perbaikan kemampuan berolahraga sebelum mereka mencapai tahap dewasa tidaklah bijaksana. Ketika hal ini terjadi, gerakan tidak sempurna yang ditemukan dalam bentuk dasar akan terus terbawa selama latihan olahraga yang sama. Pada kenyataanya anak-anak akan mengalami kemunduran terhadap ciri khasnya sendiri. Hal ini penting bahwa pengajaran dan pelatihan secara sensitif tergabung dalam hal ini.
Ketika kita melihat prose perkembangan motorik, kita perlu melihat kembali pada pandangan teoritikal sebelumnya. Masing-masing dari kita perlu memiliki kerangka teoritikal untuk digunakan sebagai dasar tindakan kita. Tidaklah penting bagi anda untuk menyetujui kerangka teoritikal yang disajikan pada buku ini. Model jam pasirmerupaka cara kita untuk merefleksikan proses perkembangan motorik dan implikasinya untuk kehidupan. Apakah kerangka teoritikal anda? Bagaimana kerangka tersebut mempengaruhi pengajaran, pelatihan, dan didikan anda dan sekarang mempengaruhi pribadi anda?
Konsep Utama
Perkembangan motorik mungkin digambarkan, menggunakan jam pasir, sebagai proses tahap yang berkelanjutan dan saling melengkapi.
Fungsi utama teori adalah untuk menyatukan yang telah ada, menyusun fakta-fakta tersebut supaya memiliki makna. Perkembangan teori menyangkut fakta yang telah ada tentang organisme makhluk hidup dan memberikan perkembangan yang simetris tentang fakta tersebut. Sehingga, perumusan teori menyajikan dasar untuk pengujian fakta dan sebaliknya. Fakta bersifat penting tapi bukan merupakan sebuah ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan bergantung pada kemajuan teori dan pengumpulan fakta-fakta. Dalam studi tentang perilaku manusia, khususnya pada daerah yang mengalami perkembangan kognitif dan afektif, perumusan teori menjadi lebih penting dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Teori memiliki peran ganda yang penting pada kedua daerah ini; yaitu; teori telah disajikan dan terus disajikan sebagai pemersatu fakta-fakta yang telah ada dan sebagai dasar terbentuknya fakta-fakta baru (Bigge dan Shermis, 1992; Learner, 1986).
Sampai sekarang, minat terhadap perkembangan motorik telah diperhatikan dengan menerangkan dan membuat daftar data, dengan sedikit minat terhadap model perkembangan berperan terhadap keterangan teoritikal tentang perilaku dalam setiap jengkal kehidupan. Penelitian ini sangat perlu dan penting sebagai pengetahuan dasar kita. Tapi sebenarnya sedikit membantu kita untuk menjawab pertanyaan penting tentang apa yang sebenarnya terkandung didalam proses perkembangan motorik, dan bagaimana proses tersebut terjadi. Hanya ada beberapa model perkembangan motorik dan sedikit teori tentang perkembangan motor. Namun sekarang, sarjana di bidang perkembangan motorik menguji ulang pekerjaan mereka dengan lebih hati-hati walaupun penelitian kandas pada kerangka teoritikal. Maksud dari bab ini adalah untuk menyajikan model keseluruhan tentang perkembangan motorik, berdasarkan sudut pandang teoritikal khusus, untuk menggambarkan dan menerangkan perkembangan dan menyajikannnya sebagai dasar untuk membentuk fakta-fakta baru tentang aspek penting perilaku manusia.
4.1 Beberapa Model Teoritikal Perkembangan Motorik Secara Menyeluruh Yang Sudah Ada
Fungsi pertama model teoritikal perkembangan motorik harusnya untuk menyatukan fakta-fakta yang digunakan dalam studi. Fungsi kedua harusnya menyajikannya sebagai dasar untuk pembentukan fakta-fakta baru. Seseorang mungkin mengatakan bahwa fakta-fakta harus diinterpretasikan dengan lebih dari satu cara, yaitu dengan pandangan teoritikal yang berbeda. Hal ini mungkin saja dan diperlukan. Sudut pandang yang berbeda menghasilkan argumen dan debat teoritikal, yang sangat membantu dalam penelitian untuk membuat keterangan baru tentang interpretasi teoritikal yang berbeda dengan yang lainnya. Walaupun jika teoritikal lain tidak ada, para peneliti harus menentukan apakah hipotesa yang diambil dari teori bisa didukung secara eksperimen dan ekologis.
Teori harus mencakup semua penelitian dan ilmu pengetahuan termasuk studi tentang perkembangan motorik. Perkembangan teori harus bersifat deskriptif dan bersifat menjelaskan. Dengan kata lain, developmentalist (pengembang) harus menarik dibidang yang biasanya disukai oleh masyarakat pada umur tertentu (deskriptif), dan alasan yang membuat hal ini terjadi (penjelasan). Tanpa dasar teoritikal, penelitian di bidang perkembangan motorik atau dibidang lainnya cenderung menghasilkan fakta yang sempit. Namun, tanpa pengetahuan yang sudah ada (fakta), kita tidak bisa merumuskan teori, dan tanpa perumusan dan pengujian konstan terhadap teori, kita tidak bisa berharap akan peningkatan pemahaman dan kesadaran tentang fenomena yang kita sebut sebagai perkembanagn motorik.
4.2 Model Teoritikal Berusaha Untuk Menggambarkan dan Menerangkan Tingkah Laku dan Mungkin Induktif dan Deduktif Pada Alam
Sebuah teori adalah kumpulan-kumpulan pernyataan, konsep, atau prinsip yang menyatukan fakta dan berperan dalam pembentukan fakta baru. Model tahap perkembangan motorik disajikan pada bab ini tidak semata-mata berdasarkan pada pengumpulan fakta-fakta. Model tersebut akan dihasilkan dengan menggunakan metode induktif perumusan teori. Dalam metode induktif peneliti memulai dengan sekumpulan fakta dan kemudian berusaha untuk menemukan landasan teori untuk menyusun dan menerangkan teori tersebut. Metode deduktif yang digunakan di sini berdasarkan pada sebuah kesimpulan dan memiliki tiga kualifikasi utama. Pertama, teori harus menyatukan fakta-fakta yang sudah ada dan laporan tentang bukti-bukti empiris yang ada yang menunjang isi teori. Kedua, teori harus harus berperan dalam perumusan hipotesa yang bisa diuji dalam bentuk: jika......, maka......... Ketiga, teori harus diuji secara empiris; sehingga, hipotesis yang dites secara eksperimen akan memberikan hasil yang mendukung teori.
Dengan menggunakan metode deduktif daripada induktif, lebih membantu kita untuk melihat baiknya pengumpulan data menjadi bersatu dan dapat dimengerti secara keseluruhan. Juga membantu kita untuk mengidentifikasi informasi yag diperlukan untuk mengisi celah dalam teori atau untuk mengklarifikasi atau memperbaikinya. Tahap perkembangan motor yang diterangkan disini berdasarkan pada metode deduktif dan disajikan sebagai model perumusan teori. Dalam sesi berikut masing-masing fase akan digali dengan lebih detail.
4.3 Proses Perkembanagn Motor Mungkin Dilihat Sebagai Tahap Dan Tingkatan
Gerakan yang bisa diteliti dapat dibagi menjadi tiga kategori: gerakan pemantapan, gerakan lokomotorik, dan gerakan bersifat manipulasi, atau gabungan dari ketiganya. Dalam pemahaman yang lebih luas, gerakan pemantapan adalah gerakan yang membutuhkan tingkat keseimbangan (contohnya, semua aktivitas motorik yang keras). Dalam pemahaman yang lebih sempit, gerakan pemantapan adalah kegiatan yang bukan termasuk gerakan lokomotorik dan manipulasi. Kegiatan ini meliputi kegiatan seperti putaran, belokan, dorongan, dan tarikan yang tidak bisa dikelompokkan menjadi gerakan lokomotorik atau manipulasi. Dalam buku ini, stabilitas, sebagai kategori gerakan, dilihat sebagai lebih dari hanya sekedar kata tapi setidaknya sebagai hal yang bisa diterapkan pada semua gerakan. Stabilitas merujuk pada setiap kegiatan yang memberikan premium dalam mencapai dan mempertahankan keseimbangan seseorang yang berhubungan dengan gaya gravitasi. Sehingga, gerakan aksial (istilah lain yang terkadang digunakan untuk gerakan non-lokomotorik) dan sisipan dan gelindingan badan dimasukkan ke dalam gerakan pemantapan.
Kategori gerakan lokomotorik merujuk pada gerakan yang melibatkan perubahan posisi saat badan relatif pada titik yang tepat pada permukaan. Berjalan, melompat, lompatan, loncatan, atau lompatan panjang termasuk pada gerakan lokomotorik. Dalam penggunaan istilah, seperti aktivitas maju dan mundur mungkin termasuk dalam gerakan lokomotor dan gerakan stabilitas – disebut lokomotorik karena badan berpindah dari satu titik ke titik lain, disebut stabilitas karena premium dibutuhkan dalam mempertahankan keseimbangan dalam situasi keseimbangan yang tidak biasa.
Kategori gerakan manipulatif merujuk pada manipulasi motorik keras dan halus. Manipulasi motorik keras melibatkan kegiatan memberi gaya ke benda atau menerima gaya dari benda. Kegiatan seperti melempar, menangkap, menendang, dan menyepak benda, dan juga menjebak dan memukul merupakan gerakan manipulasi motor kasar. Gerakan manipulasi motorik halus meliputi gerakan yang melibatkan otot tangan dan otot pergelangan tangan. Seperti menjahit, memotong dengan gunting, dan mengetik. Banyak gerakan yang melibatkan gabungan dari gerakan stabilitas, lokomotorik, dan/atau manipulasi. Contohnya, lompat tali melibatkan lokomotorik (melompat), manipulasi (perulangan posisi tali), dan stabilitas (mempertahankan kesimbangan). Demikian juga, bermain sepakbola melibatkan kemampuan lokomotorik (berlari dan melompat), kemampuan manipulasi (menggiring, melewati, menendang, dan heading), dan kemampuan stabilitas (mengelak, meraih, berbalik, dan berputar).
Kesimpulannya, jika gerakan ditampilkan sebagai jalan masuk semua proses perkembangan motorik kemudian cara untuk mempelajari proses ini adalah dengan menguji rangkaian perkembangan kemampuan gerakan disetiap jengkal kehidupan. Tahap dan tingkatan perkembangan motor berikut akan didesain lebih detail sebagai model dalam studi ini. (lihat gambar 4.1 untuk penyajian visual tentang 4 tahap dan tingkatannya).
pemanfataan pemanfataan pemanfataan
kehidupan kehidupan kehidupan
sehari-hari rekreasi persaingan
PERKEMBANGAN TAHAPAN PERKEMBANGAN
PERIODE UMUR MOTORIK
14 tahun keatas tahapan pemanfaatan kehidupan
11-13 tahun TAHAP GERAKAN tahap penerapan
7 – 10 tahun KHUSUS tahap peralihan
6-7 tahun TAHAPAN GERAKAN tahap Dewasa (Matang)
4-5 tahun DASAR Tahap Dasar
2-3 tahun Tahap awal
1-2 tahun TAHAP GERAKAN DASAR Tahap Pra-awas
dari lahir – 1 tahun BELUM SEMPURNA Tahap Hambatan Refleks
4 bulan -1 tahun Tahap gerakan refleksif Tahap Penerimaan Informasi
masih janin – 4 bulan Tahap Penguraian Informasi
Gambar 4.1
Tahap Perkembangan Motorik
Tahap Gerakan Refleksif
Gerakan yang pertama kali dilakukan oleh janin bersifat refleksif. Refleks adalah gerakan yang bersifat tidak sengaja yang membentuk dasar tahap perkembangan motorik. Melalui kegiatan refleks, bayi dengan cepat mendapatkan informasi tentang lingkungannya. Reaksi bayi untuk menyentuh, melihat, mendengar, dan merubah tekanan dengan cepat merupakan gerakan yang tidak disengaja. Gerakan ini, yang bergandengan dengan pengalaman otak pada bulan pertama setelah kelahiran, berperan penting dalam membantu anak-anak untuk lebih mempelajari tubuhnya dan dunia luar.
Refleksif sederhana bisa dikelompokkan sebagai pengumpulan informasi, pencarian makanan, dan reaksi perlindungan. Dengan pengumpulan informasi, mereka membantu merangsang aktivitas dan perkembangan otak. Mereka mencari makanan dan perlindungan karena ada bukti bahwa mereka adalah tingkat genetik pertama di alam. Refleksif sederhana seperti mencari dan menyusu termasuk dalam mekanisme bertahan hidup sederhana. Tanpa mereka, bayi yang baru lahir tidak akanbisa mendapatkan makanan.
Refleksif Postural adalah bentuk kedua dari gerakan tanpa disengaja. Gerakan ini hampir sama dengan gerakan yang kelihatannya disengaja tapi sebenarnya tidak disengaja. Refleksif ini kelihatanya termasuk sebagai alat gerakan saraf motorik untuk mekanisme keseimbangan, lokomotorik, dan manipulasi yang akan digunakan selanjutnya untuk gerakan yang disadari. Melangkah dan merangkak refleks dasar, contohnya, menyerupai sikap berjalan dan merangkak sebelumnya. Refleks genggaman telapak tangan berhubungan erat dengan sikap menggenggam dan melepaskan dengan sengaja. Refeks otak kanan dan refleks bersandar berhubungan dengan kemampuan keseimbangan. Tahap refleksif perkembangan motorik dibagi menjadi dua bagian yang saling melengkapi.
4.4 Refleks adalah bentuk gerakan pertama pada manusia
Tahap Pemberian Informasi
Tahap penandaan (pengumpulan) informasi dalam tahap gerakan refleksif ditandai dengan aktivitas gerakan tanpa sengaja yang bisa diuji selama masa janin sampai bayi berumur 4 bulan. Selama tahap ini, pusat otak bawah mengalami peningkatan perkembangan daripada kulit luar motorik dan penting untuk gerakan janin dan gerakan setelah lahir. Pusat otak ini mampu menghasilkan reaksi refleks pada berbagai rangsangan dengan jumlah dan durasi yang berbeda. Sekarang refleks diaanggap sebagai cara bayi untuk mendapatkan informasi, mencari makanan, dan mendapatkan perlindungan melalui gerakan.
Tahap Penguraian Informasi
Tahap penguraian (memproses) informasi pada tingkatan reflek dimulai pada umur sekitar 4 bulan. Selama itu, ada hambatan yang berkelanjutan dalm gerakan refleks seiring dengan semakin tingginya perkembangan pusat otak. Pusat otak bawah melepaskan kontrol terhadap kerangka gerakan dan digantikan oleh aktivitas gerakan sadar yang ditangani oleh wilayah motorik kulit luar otak. Tahap penguraian informasi menggantikan aktivitas motorik pancaindra dengan kemampuan perseptual motorik. Sehingga, perkembangan kontrol sadar terhadap kerangka gerakan bayi melibatkan proses rangsangan pancaindra dengan penyimpanan informasi, bukan bereaksi untuk merangsang.
Bab 7 fokus pada refleks sederhana dan pestural karena berhubungan dengan tahap perkembangan pemberian dan penguraian informasi dan gerakan sadar.
4.5 Rangkain kemahiran kemampuan gerakan selama tahap gerakan dasar diperbaiki, tapi rata-ratanya tidak tetap.
Tahap Hambatan Refleks
Tahap hambatan refleks pada tahap pergerakan dasar mungkin dianggap sebagai permulaan kelahiran. Pada kelahiran, refleks mendominasi daftar gerakan.bayi. Kemudian, gerakan bayi meningkat dan dipengaruhi oleh perkembangan kuliat luar otak. Perkembangan kulit luar otak, dan berkurangnya hambatan lingkungan, menyebabkan beberapa gerakan refleks untuk dihindari dan berangsur-angsur hilang.
Tahap Pra-awas
Setelah berumur sekitar 1 tahun, anak-anak mulai melakukan ketelitian dan pengawasan terhadap gerakan mereka. Proses ini yang membedakan antara sistem pancaindra dan motorik dan penyatuan perseptual dan informasi motorik menjadi lebih bermakna dan berpadu secara keseluruhan. Perkembangan yang cepat pada proses kognitif dan motorik mendorong perolehan cepat terhadap kemampuan gerakan dasar pada tahap ini.
Tahap Gerakan Dasar
Kemampuan gerakan dasar pada anak-anak merupakan hasil pertumbuhan tahap perkembangan dasar pada bayi. Tahap perkembangan motorik tersebut mencerminkan saatnya anak-anak sudah terlibat dalam menggali dan mencoba kemampuan gerakan tubuh mereka.
4.6 Kemampuan Dan Pembatas Yang Terkandung Dalam Tugas, Individual, Dan Lingkungan Memiliki Pengaruh Yang Besar Terhadap Kemahiran Kemampuan Gerakan Dasar Yang Matang
Beberapa peneliti dan pengembang instrumen penilaian telah berusaha membagi gerakan dasar menjadi tahap rangkaian yang bisa diidentifiasi. Untuk tujuan model kita kita akan memperlihatkan tahap gerakan dasar seluruhnya yang memiliki tiga bagian tapi biasanya saling melengkapi: awal, dasar, dan dewasa. Tahap-tahap ini digambarkan dengan jelass secra singkat dan lebih detail pada bab 11.
Tahap Awal
Tahap awal fase gerakan dasar menyajikan tujuan pertama anak-anak ketika berusaha untuk menampilkan kemampuan dasar. Gerakan itu sendiri ditandai dengan bagian yang hilang atau yang tidak tepat, terbatas, dan penggunaan tubuh yang berlebihan, dan aliran yang kurang irama da koordinasi. Penyatuan gerakan ruang dan waktu juga kurang. Biasanya, gerakan lokomotorik, manipulasi, dan stabilitas pada anak berusia 2 tahun berada pada tahap awal. Beberapa anak mungkin melebihi level ini untuk tampilan beberapa bentuk gerakan, tapi kebanyakan masih berada pada tahap awal.
Tahap Dasar
Tahap dasar meliputi kontrol yang lebih besar dan koordinasi ritme gerakan dasar yang lebih baik. Ketepatan ruang dan waktu juga diperbaiki, tapi bentuk gerakan pada tahap ini pada umumnya masih terbatas atau berlebihan, walaupun dikoordinasi dengan lebih baik.
4.10 Proses Perkembangan Motorik Tidak Berlanjut Dalam Sistem Pembentukan Diri
Model perkembangan motorik jam pasir tidak bersifat satu dimensi, sehingga, tidak dipengaruhi oleh bidang kognitif dan afektif dari perilaku manusia. Tidak seperti penyajian jam pasir dua dimensi pada gambar 4.2 dan 4.3, jam pasir “sesungguhnya”disajikan hanya pada ruang tiga dimensi. Hasilnya, jam pasir sesungguhnyamemiliki tinggi, luas, dan kedalaman dan harus ditopang jika tetap tegak. Bayangkan, jika anda akan menjadi sebuah jam pasir berbentuk manusia yang ditopang oleh pilar kognitif, pilar afektif, dan pilar motorik. Jam pasir bersifat multidimensi; sehingga, ada interaksi tiga arah diantara bidang kognitif, afektif, dan motorik. Dengan kata lain, model jam pasir lebih dari model motorik. Model jam pasir merupakan perkembangan motorik yang mempengaruhi dan dipengari oleh berbagai faktor luas kognitif dan afektif yang beroperasi dalam diri seseorang dan dalam lingkungan.
Anda mungkin merasa itu membantu untuk menggambarkan proses motorik karena anda mengikuti sesi berikut ini yang berhubungan dengan perkembangan motorik pada bayi, anak-anak, remaja, dan dewasa. Ingat, bahwa anda tidak harus menerima model ini. Model teoritikal hanyalah “model”. Karena mereka tidaklah sempurna, tidak tepat, dan tunduk pada pembuktian dan perbaikan. Yang penting adalah anda bisa menggambarkan bagaimana proses perkembangan motorik terjadi. Ingat, memahami perkembangan motorik membantu untuk menerangkan bagaimana proses belajar terjadi. Keduanya penting untuk pembentukan petunjuk yang efektif dan tepat yang bisa dikembangkan.
4.11 Memahami Proses Perkembangan Motorik Membantu Menerangkan Proses Belajar Kemampuan Dasar Gerakan Terjadi, Yang Berperan Penting Untuk Petunjuk Yang Tepat Dan Bisa Dikembangkan.
Kemahiran kompetensi dalam gerakan merupakan proses luas yang dimulai dengan gerakan refleksif awal pada bayi baru lahir dan berlanjut selama hidupnya. Proses yang mempengaruhi perkembangan seseorang dari tahap gerakan refleks, melalui tahap gerakan tidak sempurna dan gerakan dasar, dan akhirnya ke tahap perkembangan kemampuan gerakan khusus yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam tugas, individual, dan lingkungan.
Kamampuan gerakan refleks dan dasar kebanyakan berdasarkan pada kematangan. Mereka muncul dan hilang dengan teratur, hanya menyimpang dalam kemunculannya. Hal itu terjadi, namun bentuk dasar yang penting tentang kemampuan gerakan dasar sudah dikembangkan.
Kemampuan gerakan dasar merupakan bentuk gerakan dasar yang mulai berkembang seiring dnegan anak mulai bisa berjalan sendiri dan berpindah engan bebas pada lingkungannya. Kemampuan dasar lokomotorik, manipulasi, dan stabilitas ini berjalan pasti, proses yang bisa diteliti dari masa belum dewasa sampai dewasa. Tahap dalam fase ini meliputi tahap awal, dasar, dan dewasa. Pencapaian tahap dewasa sebagaian besar dipengaruhi oleh kesempatan untuk mempraktekkan, dorongan, dan petunjuk dalm lingkungan yang membantu perkembangan proses belajar. Pada situasi yang tepat, anak-anak mampu menunjukkan tahap dewasa dengan sanat luasmayoritas pada bentuk gerakan dasar untuk anak berusia 6 tahun. Kemampuan gerakan dasar anak sekolah sering dikembangkan secara tidak sempurna. Sehingga, tingkat dasar membutuhkan kesempatan yang baik untuk mengembangkan kemampuan gerakan dasar mereka menuju tahap dewasa. Kemampaun gerakan yang sama akan diperkaya dan diperbaiki untuk membentuk kemampuan gerakan khusus yang lebu\ih tinggi seperti rekreasi, persaiangan, dan tugas sehari-hari dalam hidup.
Perkembangan tahap gerakan khusus merupakan intisari dalam menjelajahi tahap dasar. Kemampuan khusus bersifat lebih tepat daripada kemampuan dasar. kemampuan khusus sering melibatkan gabungan kemampuan gerakan dasar dan membutuhkan ketepatan yang lebih besar. Kemampuan khusus melibatkan 3 tahap yang saling berhubungan. Tahap peralihan biasanya terjadi apda anak di tingakt 3 sampai 5. Pada level ini, anak-anak dilibatkan dalam penerapan perdana gerakan dasar mereka melalui olahraga. Jika kemampuan dasar yang digunakan dalam aktivitas olahraga tertentu bukan untuk tahap dewasa, anak-anak akan berusaha untuk mengurangi bentuk gerakan tahap dewasa dan dasar. Jelas bahwa dengan melibatkan anak-anak dalam perbaikan kemampuan berolahraga sebelum mereka mencapai tahap dewasa tidaklah bijaksana. Ketika hal ini terjadi, gerakan tidak sempurna yang ditemukan dalam bentuk dasar akan terus terbawa selama latihan olahraga yang sama. Pada kenyataanya anak-anak akan mengalami kemunduran terhadap ciri khasnya sendiri. Hal ini penting bahwa pengajaran dan pelatihan secara sensitif tergabung dalam hal ini.
Ketika kita melihat prose perkembangan motorik, kita perlu melihat kembali pada pandangan teoritikal sebelumnya. Masing-masing dari kita perlu memiliki kerangka teoritikal untuk digunakan sebagai dasar tindakan kita. Tidaklah penting bagi anda untuk menyetujui kerangka teoritikal yang disajikan pada buku ini. Model jam pasirmerupaka cara kita untuk merefleksikan proses perkembangan motorik dan implikasinya untuk kehidupan. Apakah kerangka teoritikal anda? Bagaimana kerangka tersebut mempengaruhi pengajaran, pelatihan, dan didikan anda dan sekarang mempengaruhi pribadi anda?
Kamis, 25 Maret 2010
KEGIATAN OLAHRAGA DAN KESINAMBUNGAN ENERGI
KEGIATAN OLAHRAGA DAN KESINAMBUNGAN ENERGI
PENDAHULUAN
Manusia dalam melakukan kegiatan/aktivitas setiap hari membutuhkan energi, baik untuk bergerak maupun untuk bekerja. Kemampuan tubuh manusia untuk melangsungkan kegiatannya dipengaruhi oleh struktur fisiknya. Tubuh manusia terdiri dari struktur tulang, otot, syaraf, dan proses metabolisme.
Rangkah tubuh manusia disusun dari 206 tulang yang berfungsi untuk melindungi dan melaksanakan kegiatan fisiknya, dimana tulang-tulang tersebut dihubungkan dengan sendi-sendi otot yang dapat berkontraksi. Otot-otot ini berfungsi mengubah energi kimia menjadi energi mekanik, dimana kegiatannya dikontrol oleh sistem syaraf sehingga dapat bekerja secara optimal. Hasil dari proses metabolisme yang terjadi di otot, berupa kumpulan proses kimia yang mengubah bahan makanan menjadi dua bentuk, yaitu energi mekanik dan energi panas..
Begitu juga dengan udara yang dihirup melalui hidung akan masuk ke paru-paru/sistem pernafasan, dimana zat oksigen yang turut masuk ke paru-paru selanjutnya oleh paru-paru dikirim ke sistem peredaran darah. Selain itu paru-paru berfungsi juga untuk mengambil karbon dioksida dari sistem peredaran darah untuk dikeluarkan dari dalam tubuh. Selanjutnya oksigen yang telah berada di sistem peredaran darah dikirimkan ke sistem otot, yang akan bertemu dengan zat gizi untuk beroksidasi menghasilkan energi.. Beberapa reaksi kimia yang memerlukan energi ATP hanya menggunakan beberapa ratus kalori dari 8 kkal yang tersedia, sehingga sisa energi ini hilang dalam bentuk panas. Beberapa fungsi utama ATP sebagai sumber energi adalah untuk mensintesis komponen sel yang penting, kontraksi otot, dan transport aktif untuk melintasi membran sel.
A . LATAR BELAKANG MASALAH
Di dalam berbagai jenis olahraga baik olahraga dengan gerakan-gerakan yang bersifat konstan seperti jogging, marathon dan bersepeda atau juga pada olahraga yang melibatkan gerakan gerakan yang explosif seperti menendang bola atau gerakan smash dalam olahraga tenis atau bulutangkis, jaringan otot hanya akan memperoleh energi dari pemecahan molekul adenosine triphospate atau yang biasa disingkat sebagai ATP. Melalui simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh yaitu simpanan phosphocreatine (PCr), karbohidrat, lemak dan protein, molekul ATP ini akan dihasilkan melalui metabolisme energi yang akan melibatkan beberapa reaksi kimia yang kompleks. Pengunaan simpanan-simpanan energi tersebut beserta jalur metabolisme energi yang akan digunakan untuk menghasilkan molekul ATP ini juga akan bergantung terhadap jenis aktivitas serta intensitas yang dilakukan saat berolahraga. Selama kebutuhan oksigen terpenuhi proses metabolisme, oksigen sisa yang ada di dalam darah digunakan untuk menguraikan asam laktat menjadi glikogen untuk digunakan kembali menghasilkan energi kembali Kemudian bila dilihat dari proses tempat terjadinya pembentukan energi pada tubuh manusia, maka perlu dijelaskan mekanisme pada tingkat sel. Energi dari karbohidrat, lemak, dan protein semuanya digunakan untuk membentuk sejumlah besar Adenosine TriPosphate (ATP), dan selanjutnya ATP tersebut digunakan sebagai sumber energi bagi banyak fungsi sel. Bila ATP di urai secara kimia sehingga menjadi Adenosine DiPosphate (ADP) akan menghasilkan energi sebesar 8 kkal/mol, dan cukup untuk berlangsungnya hampir semau langkah reaksi kimia dalam tubuh
B, PERMASALAHAN
Olahraga dan Energi untuk sistesis protein dan unsur-unsur pertumbuhan lain. Bila protein disintesis menyebabkan banyak ATP digunakan untuk membentuk ikatan peptida dan ia menyimpan energi dalam rantai ini, terdapat pertukaran protein secara terus-menerus, sebagian didegradasi dan sementara protein lainnya dibentuk. Energi yang disimpan dalam ikatan peptida dikeluarkan dalam bentuk panas ke dalam tubuh. Energi untuk aktivitas otot. Sebagian besar energi ini dengan mudah melawan viskositas otot itu sendiri atau jaringan sekelilingnya sehingga anggota badan dapat bergerak.
C,PEMBAHASAN
Aktivitas yang bersifat anaerobik.Kegiatan/jenis olahraga yang bersifat ketahanan seperti jogging, marathon, triathlon dan juga bersepeda jarak jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen aktivitas aerobik yang dominant sedangkan kegiatan olahraga yang membutuhkan tenaga besar dalam waktu singkat seperti angkat berat, push-up, sprint atau juga loncat jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen komponen aktivitas a n a e r o b i k y a ng dominan .Namun dalam beragamnya berbagai cabang olahraga akan t e r d a p a t j e n i s olahraga atau juga a k t i v i ta s l a t ihan dengan satu komponen aktivitas yang lebih dominant atau juga akan terdapat cabang olahraga yang menggunakan kombinasi antara aktivitas yang bersifat aerobik & anaerobic
Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi sehingga juga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas ini biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas rendah-sedang yang dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang cukup lama sepeti jalan kaki, bersepeda atau juga jogging.
. Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan, metabolisme energi akan berjalan melalui pembakaran simpanan karbohdrat, lemak dan sebagian kecil (±5%) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk menghasilkan ATP (adenosine triphospate). Proses metabolisme ketiga sumber energi ini akan berjalan dengan kehadiran oksigen (O ) yang 2 diperoleh melalui proses pernafasan. Sedangkan pada aktivitas yang bersifat anaerobik, energi yang akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan energi secara cepat ini akan diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine (PCr) serta melalui glikolisis glukosa secara anaerobik. Proses metabolisme energi secara anaerobik ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen
Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menghasilkan ATP dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik. Sehingga untuk gerakan-gerakan dalam olahraga yang membutuhkan tenaga yang besar dalam waktu yang singkat, proses metabolisme energi secara
anaerobik dapat menyediakan ATP dengan cepat namun hanya untuk waktu yang terbatas yaitu hanya sekitar ±90 detik. Walaupun prosesnya dapat berjalan secara cepat, namun metabolisme energi secara anaerobik ini hanya menghasilkan molekul ATP yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik (2 ATP vs 36 ATP per 1 molekul glukosa).
Proses Metabolisme Secara Anaerobik
SistemS PCr
Creatine (Cr) merupakan jenis asam amino yang tersimpam di dalam otot sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk creatine yang sudah ter-fosforilasi yaitu phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme energi secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan ATP.
Karena fungsinya sebagai salah satu sumber energi tubuh dalam aktivitas anaerobik, supplementasi creatine mulai menjadi popular pada awal tahun 1990-an setelah berakhirnya Olimpiade Barcelona. digunakan untuk
meningkatkan kapasitas aktivitas anaerobik.
Glikolisis (Sistem Glikolitik)
Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi yang dapat berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi ini menggunakan simpanan glukosa yang sebagian besar akan diperoleh dari glikogen otot atau juga dari glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untukmenghasilkan ATP. Inti dari proses glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma sel ini adalah mengubah molekul glukosa menjadi asam piruvat dimana proses ini juga akan disertai dengan membentukan ATP.
Metabolisme Energi Secara Aerobik
Pada jenis-jenis olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) seperti lari marathon, bersepeda jarak jauh (road cycling) atau juga lari 10 km, produksi energi di dalam tubuh akan bergantung terhadap sistem metabolisme energi secara aerobic melalui pembakaran karbohidrat, lemak dan juga sedikit dari
pemecahan protein. Oleh karena itu maka atlet-atlet yang berpartisipasi dalam ajang-ajang yang bersifat ketahanan ini harus mempunyai kemampuan yang baik dalam memasok oksigen ke dalam tubuh agar proses metabolisme energi secara aerobik dapat berjalan dengan sempurna. Proses metabolisme energi secara aerobik merupakan proses metabolisme yang membutuhkan kehadiran oksigen (O ) 2 agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna untuk menghasilkan ATP. Pada saat berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa darah, glikogen otot dan hati) serta simpanan lemak dalam bentuk trigeliserida akan memberikan kontribusi terhadap laju produksi energi secara aerobik di dalam tubuh. Namun bergantung terhadap intensitas olahraga yang dilakukan, kedua simpanan energi ini dapat memberikan jumlah kontribusi yang berbeda.
Pembakaran Karbohidrat
Secara singkat proses metabolime energi dari glukosa darah atau juga glikogen otot akan berawal dari karbohidrat yang dikonsumsi. Semua jenis karbohidrat yang dkonsumsi oleh manusia baik itu jenis karbohidrat kompleks (nasi, kentang, roti, singkong dsb) ataupun juga karbohidrat sederhana (glukosa, sukrosa, fruktosa) akan terkonversi menjadi glukosa di dalam tubuh. Glukosa yang terbentuk ini kemudian dapat tersimpan sebagai cadangan energi sebagai glikogen di dalam hati dan otot serta dapat tersimpan di dalam aliran darah sebagai glukosa darah atau dapat juga dibawa ke dalam sel-sel tubuh yang membutuhkan.
Pembakaran Lemak
Langkah awal dari metabolisme energi lemak adalah melalui proses pemecahan simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh yaitu trigeliserida. Trigeliserida di dalam tubuh ini akan tersimpan di dalam jaringan adipose (adipose tissue) serta di dalam sel-sel otot (intramuscular triglycerides). Melalui proses yang dinamakan lipolisis, trigeliserida yang tersimpan ini akan dikonversi menjadi asam lemak (fatty acid) dan gliserol. Pada proses ini, untuk setiap 1 molekul trigeliserida akan terbentuk 3 molekul asam lemak dan 1 molekul gliserol . Kedua molekul yang dihasilkan melalu proses ini kemudian akan mengalami jalur metabolisme yang berbeda di dalam tubuh.
Metabolisme Energi untuk Olahraga Kombinasi Aerobik & Anaerobik
Beberapa jenis olahraga beregu atau individual seperti sepakbola, bola basket atau juga tennis merupakan olahraga yang mengunakan kombinasi antara aktivitas intensitas tinggi dan aktivitas intensitas rendah. Pada jenis olahraga ini, proses metabolisme energi di dalam tubuh dapat berjalan secara simultan melalui metabolisme energi secara aerobik dan anaerobik. Pada aktivitas dengan intensitas tinggi yang membutuhkan power secara cepat seperti saat berlari untuk mengejar bola atau saat memukul bola dengan keras, metabolisme energi tubuh akan berjalan secara anaerobik melalui sumber energi yang diperoleh dari simpanan ATP, simpanan phosphocreatine (PCr) dan simpanan karbohidrat .Sedangkan saat melakukan aktivitas dengan intensitas rendah seperti saat berlari secara perlahan, metabolisme energi tubuh akan berjalan secara aerobik dengan sumber energi diperoleh dari simpanan karbohidrat (glikogen otot & glukosa darah), lemak dan juga protein. membutuhkan power secara cepat seperti saat berlari untuk mengejar bola atau saat memukul bola dengan keras, metabolisme energi tubuh akan berjalan secara anaerobik melalui sumber energi yang diperoleh dari simpanan ATP, simpanan phosphocreatine (PCr) dan simpanan karbohidrat .
Ringkasan Singkat Metabolisme Energi & Simpanan Energi Tubuh
Secara ringkas, sistem metabolisme energi untuk menghasilkan ATP dapat berjalan secara aerobi (dengan oksigen) dan secara anaerobik (tanpa oksigen). Kedua proses ini dapat berjalan secara simultan di dalam tubuh saat berolahraga. Pada aktivitas-aktivitas olahraga yang membutuhkan energi besar dalam waktu yang cepat atau pada olahraga dengan intenistas tinggi.. Diantara semua bentuk simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh, simpanan karbohidrat dan lemak merupakan sumber nutrisi utama yang akan digunakan untuk menyediakan energi bagi kontraksi otot. Keduanya akan menjadi sumber energi utama bagi tubuh saat berolahraga yang persentase kontribusinya terhadap produksi energi akan ditentukan oleh intensitas olahraga serta lamanya waktu berolahraga. Bentuk simpanan energi di dalam tubuh yang merupakan penentu performa pada saat berolahraga yaitu simpanan karbohidrat dapat diproses melalui 2 jalur metabolisme baik yaitu melalui pembakaran glukosa/glikogen (secara aerobik) maupun melalui glikolisis glukosa/glikogen (secara anaerobik) untuk menghasilkan ATP. Sedangkan simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh hanya dapat diproses secara aerobik untuk menghasilkan ATP, dimana proses ini juga akan membutuhkan ketersediaan karbohidrat agar proses pembakarannya menjadi sempurna.
REFRENSI/ LITERATUR
Hairy.junusual.Daya Tahan Aerobik.jakarta:Dirjen Olahraga Depdiknas
. Clark, J.F., Creatine & phospocreatine : a review of their use in exercise & sport. Journal of Athletic Training. Volume 32
No.1,1997
Schumm D.E,“Intisari Biokimia”, Binarupa Aksara, Jakarta, 1993
PENDAHULUAN
Manusia dalam melakukan kegiatan/aktivitas setiap hari membutuhkan energi, baik untuk bergerak maupun untuk bekerja. Kemampuan tubuh manusia untuk melangsungkan kegiatannya dipengaruhi oleh struktur fisiknya. Tubuh manusia terdiri dari struktur tulang, otot, syaraf, dan proses metabolisme.
Rangkah tubuh manusia disusun dari 206 tulang yang berfungsi untuk melindungi dan melaksanakan kegiatan fisiknya, dimana tulang-tulang tersebut dihubungkan dengan sendi-sendi otot yang dapat berkontraksi. Otot-otot ini berfungsi mengubah energi kimia menjadi energi mekanik, dimana kegiatannya dikontrol oleh sistem syaraf sehingga dapat bekerja secara optimal. Hasil dari proses metabolisme yang terjadi di otot, berupa kumpulan proses kimia yang mengubah bahan makanan menjadi dua bentuk, yaitu energi mekanik dan energi panas..
Begitu juga dengan udara yang dihirup melalui hidung akan masuk ke paru-paru/sistem pernafasan, dimana zat oksigen yang turut masuk ke paru-paru selanjutnya oleh paru-paru dikirim ke sistem peredaran darah. Selain itu paru-paru berfungsi juga untuk mengambil karbon dioksida dari sistem peredaran darah untuk dikeluarkan dari dalam tubuh. Selanjutnya oksigen yang telah berada di sistem peredaran darah dikirimkan ke sistem otot, yang akan bertemu dengan zat gizi untuk beroksidasi menghasilkan energi.. Beberapa reaksi kimia yang memerlukan energi ATP hanya menggunakan beberapa ratus kalori dari 8 kkal yang tersedia, sehingga sisa energi ini hilang dalam bentuk panas. Beberapa fungsi utama ATP sebagai sumber energi adalah untuk mensintesis komponen sel yang penting, kontraksi otot, dan transport aktif untuk melintasi membran sel.
A . LATAR BELAKANG MASALAH
Di dalam berbagai jenis olahraga baik olahraga dengan gerakan-gerakan yang bersifat konstan seperti jogging, marathon dan bersepeda atau juga pada olahraga yang melibatkan gerakan gerakan yang explosif seperti menendang bola atau gerakan smash dalam olahraga tenis atau bulutangkis, jaringan otot hanya akan memperoleh energi dari pemecahan molekul adenosine triphospate atau yang biasa disingkat sebagai ATP. Melalui simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh yaitu simpanan phosphocreatine (PCr), karbohidrat, lemak dan protein, molekul ATP ini akan dihasilkan melalui metabolisme energi yang akan melibatkan beberapa reaksi kimia yang kompleks. Pengunaan simpanan-simpanan energi tersebut beserta jalur metabolisme energi yang akan digunakan untuk menghasilkan molekul ATP ini juga akan bergantung terhadap jenis aktivitas serta intensitas yang dilakukan saat berolahraga. Selama kebutuhan oksigen terpenuhi proses metabolisme, oksigen sisa yang ada di dalam darah digunakan untuk menguraikan asam laktat menjadi glikogen untuk digunakan kembali menghasilkan energi kembali Kemudian bila dilihat dari proses tempat terjadinya pembentukan energi pada tubuh manusia, maka perlu dijelaskan mekanisme pada tingkat sel. Energi dari karbohidrat, lemak, dan protein semuanya digunakan untuk membentuk sejumlah besar Adenosine TriPosphate (ATP), dan selanjutnya ATP tersebut digunakan sebagai sumber energi bagi banyak fungsi sel. Bila ATP di urai secara kimia sehingga menjadi Adenosine DiPosphate (ADP) akan menghasilkan energi sebesar 8 kkal/mol, dan cukup untuk berlangsungnya hampir semau langkah reaksi kimia dalam tubuh
B, PERMASALAHAN
Olahraga dan Energi untuk sistesis protein dan unsur-unsur pertumbuhan lain. Bila protein disintesis menyebabkan banyak ATP digunakan untuk membentuk ikatan peptida dan ia menyimpan energi dalam rantai ini, terdapat pertukaran protein secara terus-menerus, sebagian didegradasi dan sementara protein lainnya dibentuk. Energi yang disimpan dalam ikatan peptida dikeluarkan dalam bentuk panas ke dalam tubuh. Energi untuk aktivitas otot. Sebagian besar energi ini dengan mudah melawan viskositas otot itu sendiri atau jaringan sekelilingnya sehingga anggota badan dapat bergerak.
C,PEMBAHASAN
Aktivitas yang bersifat anaerobik.Kegiatan/jenis olahraga yang bersifat ketahanan seperti jogging, marathon, triathlon dan juga bersepeda jarak jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen aktivitas aerobik yang dominant sedangkan kegiatan olahraga yang membutuhkan tenaga besar dalam waktu singkat seperti angkat berat, push-up, sprint atau juga loncat jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen komponen aktivitas a n a e r o b i k y a ng dominan .Namun dalam beragamnya berbagai cabang olahraga akan t e r d a p a t j e n i s olahraga atau juga a k t i v i ta s l a t ihan dengan satu komponen aktivitas yang lebih dominant atau juga akan terdapat cabang olahraga yang menggunakan kombinasi antara aktivitas yang bersifat aerobik & anaerobic
Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi sehingga juga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas ini biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas rendah-sedang yang dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang cukup lama sepeti jalan kaki, bersepeda atau juga jogging.
. Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan, metabolisme energi akan berjalan melalui pembakaran simpanan karbohdrat, lemak dan sebagian kecil (±5%) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk menghasilkan ATP (adenosine triphospate). Proses metabolisme ketiga sumber energi ini akan berjalan dengan kehadiran oksigen (O ) yang 2 diperoleh melalui proses pernafasan. Sedangkan pada aktivitas yang bersifat anaerobik, energi yang akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan energi secara cepat ini akan diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine (PCr) serta melalui glikolisis glukosa secara anaerobik. Proses metabolisme energi secara anaerobik ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen
Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menghasilkan ATP dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik. Sehingga untuk gerakan-gerakan dalam olahraga yang membutuhkan tenaga yang besar dalam waktu yang singkat, proses metabolisme energi secara
anaerobik dapat menyediakan ATP dengan cepat namun hanya untuk waktu yang terbatas yaitu hanya sekitar ±90 detik. Walaupun prosesnya dapat berjalan secara cepat, namun metabolisme energi secara anaerobik ini hanya menghasilkan molekul ATP yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik (2 ATP vs 36 ATP per 1 molekul glukosa).
Proses Metabolisme Secara Anaerobik
SistemS PCr
Creatine (Cr) merupakan jenis asam amino yang tersimpam di dalam otot sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk creatine yang sudah ter-fosforilasi yaitu phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme energi secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan ATP.
Karena fungsinya sebagai salah satu sumber energi tubuh dalam aktivitas anaerobik, supplementasi creatine mulai menjadi popular pada awal tahun 1990-an setelah berakhirnya Olimpiade Barcelona. digunakan untuk
meningkatkan kapasitas aktivitas anaerobik.
Glikolisis (Sistem Glikolitik)
Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi yang dapat berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi ini menggunakan simpanan glukosa yang sebagian besar akan diperoleh dari glikogen otot atau juga dari glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untukmenghasilkan ATP. Inti dari proses glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma sel ini adalah mengubah molekul glukosa menjadi asam piruvat dimana proses ini juga akan disertai dengan membentukan ATP.
Metabolisme Energi Secara Aerobik
Pada jenis-jenis olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) seperti lari marathon, bersepeda jarak jauh (road cycling) atau juga lari 10 km, produksi energi di dalam tubuh akan bergantung terhadap sistem metabolisme energi secara aerobic melalui pembakaran karbohidrat, lemak dan juga sedikit dari
pemecahan protein. Oleh karena itu maka atlet-atlet yang berpartisipasi dalam ajang-ajang yang bersifat ketahanan ini harus mempunyai kemampuan yang baik dalam memasok oksigen ke dalam tubuh agar proses metabolisme energi secara aerobik dapat berjalan dengan sempurna. Proses metabolisme energi secara aerobik merupakan proses metabolisme yang membutuhkan kehadiran oksigen (O ) 2 agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna untuk menghasilkan ATP. Pada saat berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa darah, glikogen otot dan hati) serta simpanan lemak dalam bentuk trigeliserida akan memberikan kontribusi terhadap laju produksi energi secara aerobik di dalam tubuh. Namun bergantung terhadap intensitas olahraga yang dilakukan, kedua simpanan energi ini dapat memberikan jumlah kontribusi yang berbeda.
Pembakaran Karbohidrat
Secara singkat proses metabolime energi dari glukosa darah atau juga glikogen otot akan berawal dari karbohidrat yang dikonsumsi. Semua jenis karbohidrat yang dkonsumsi oleh manusia baik itu jenis karbohidrat kompleks (nasi, kentang, roti, singkong dsb) ataupun juga karbohidrat sederhana (glukosa, sukrosa, fruktosa) akan terkonversi menjadi glukosa di dalam tubuh. Glukosa yang terbentuk ini kemudian dapat tersimpan sebagai cadangan energi sebagai glikogen di dalam hati dan otot serta dapat tersimpan di dalam aliran darah sebagai glukosa darah atau dapat juga dibawa ke dalam sel-sel tubuh yang membutuhkan.
Pembakaran Lemak
Langkah awal dari metabolisme energi lemak adalah melalui proses pemecahan simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh yaitu trigeliserida. Trigeliserida di dalam tubuh ini akan tersimpan di dalam jaringan adipose (adipose tissue) serta di dalam sel-sel otot (intramuscular triglycerides). Melalui proses yang dinamakan lipolisis, trigeliserida yang tersimpan ini akan dikonversi menjadi asam lemak (fatty acid) dan gliserol. Pada proses ini, untuk setiap 1 molekul trigeliserida akan terbentuk 3 molekul asam lemak dan 1 molekul gliserol . Kedua molekul yang dihasilkan melalu proses ini kemudian akan mengalami jalur metabolisme yang berbeda di dalam tubuh.
Metabolisme Energi untuk Olahraga Kombinasi Aerobik & Anaerobik
Beberapa jenis olahraga beregu atau individual seperti sepakbola, bola basket atau juga tennis merupakan olahraga yang mengunakan kombinasi antara aktivitas intensitas tinggi dan aktivitas intensitas rendah. Pada jenis olahraga ini, proses metabolisme energi di dalam tubuh dapat berjalan secara simultan melalui metabolisme energi secara aerobik dan anaerobik. Pada aktivitas dengan intensitas tinggi yang membutuhkan power secara cepat seperti saat berlari untuk mengejar bola atau saat memukul bola dengan keras, metabolisme energi tubuh akan berjalan secara anaerobik melalui sumber energi yang diperoleh dari simpanan ATP, simpanan phosphocreatine (PCr) dan simpanan karbohidrat .Sedangkan saat melakukan aktivitas dengan intensitas rendah seperti saat berlari secara perlahan, metabolisme energi tubuh akan berjalan secara aerobik dengan sumber energi diperoleh dari simpanan karbohidrat (glikogen otot & glukosa darah), lemak dan juga protein. membutuhkan power secara cepat seperti saat berlari untuk mengejar bola atau saat memukul bola dengan keras, metabolisme energi tubuh akan berjalan secara anaerobik melalui sumber energi yang diperoleh dari simpanan ATP, simpanan phosphocreatine (PCr) dan simpanan karbohidrat .
Ringkasan Singkat Metabolisme Energi & Simpanan Energi Tubuh
Secara ringkas, sistem metabolisme energi untuk menghasilkan ATP dapat berjalan secara aerobi (dengan oksigen) dan secara anaerobik (tanpa oksigen). Kedua proses ini dapat berjalan secara simultan di dalam tubuh saat berolahraga. Pada aktivitas-aktivitas olahraga yang membutuhkan energi besar dalam waktu yang cepat atau pada olahraga dengan intenistas tinggi.. Diantara semua bentuk simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh, simpanan karbohidrat dan lemak merupakan sumber nutrisi utama yang akan digunakan untuk menyediakan energi bagi kontraksi otot. Keduanya akan menjadi sumber energi utama bagi tubuh saat berolahraga yang persentase kontribusinya terhadap produksi energi akan ditentukan oleh intensitas olahraga serta lamanya waktu berolahraga. Bentuk simpanan energi di dalam tubuh yang merupakan penentu performa pada saat berolahraga yaitu simpanan karbohidrat dapat diproses melalui 2 jalur metabolisme baik yaitu melalui pembakaran glukosa/glikogen (secara aerobik) maupun melalui glikolisis glukosa/glikogen (secara anaerobik) untuk menghasilkan ATP. Sedangkan simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh hanya dapat diproses secara aerobik untuk menghasilkan ATP, dimana proses ini juga akan membutuhkan ketersediaan karbohidrat agar proses pembakarannya menjadi sempurna.
REFRENSI/ LITERATUR
Hairy.junusual.Daya Tahan Aerobik.jakarta:Dirjen Olahraga Depdiknas
. Clark, J.F., Creatine & phospocreatine : a review of their use in exercise & sport. Journal of Athletic Training. Volume 32
No.1,1997
Schumm D.E,“Intisari Biokimia”, Binarupa Aksara, Jakarta, 1993
Langganan:
Postingan (Atom)